Sabtu, 19 November 2016

Gaya berbicara

BY Unknown No comments

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
      Salah satu hal yang kita takuti baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional adalah ketika kita harus berbicara di depan banyak orang, baik untuk acara sosial, seminar, kuliah, presentasi bisnis, pidato perpisahan, bahkan dalam acara reuni sekolah yang sebagian besar hadirin telah kita kenal dengan baik.
      Berbicara di depan publik bagi sebagian kita adalah sesuatu yang menegangkan dan menakutkan, seakan seluruh mata para hadirin sedang menghakimi kita. Kita seakan-akan menjadi terdakwa yang sedang di adili oleh para hadirin.
      Kebanyakan orang sering melakukan kesalahan yaitu, kurang mempersiapkan diri untuk mengantisipasi suatu keadaan di mana kita diharuskan untuk berbicara di depan umum atau publik. Kebanyakan diri kita, sering membuat persiapan, beberapa saat menjelang setelah mengetahui bahwa dalam waktu dekat (sehari, dua hari, seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan) kita harus berbicara di depan publik. Kiranya sikap seperti itu kurang tepat. Meskipun kita belum tahu kapan kita akan dihadapkan pada situasi tersebut, kita sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Lebih-lebih kita yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah. Sebagai calon cendekiawan, calon pemimpin dan sebagainya
Rumusan Masalah
      Dari latar belakang di atas, kemudian dirumuskan menjadi beberapa masalah, diantaranya adalah:
Bagaimana koreksi diri dalam berbicara?
Bagaimana persiapan presentasi dan kesiapan mental untuk bebicara di depan publik?
Tujuan Penulisan Makalah
      Adapun beberapa tujuan dari penulisan makalah adalah:
Memahami koreksi diri dalam berbicara
Memahami persiapan presentasi dan kesiapan mental untuk bebicara di depan publik

BAB II
PEMBAHASAN
Koreksi Diri Dalam Berbicara
      Suatu hal yang amat baik, jika seseorang setelah berbicara, kemudian ia menilai atau melakukan koreksi terhadap dirinya sendiri, sejauhmana keberhasilannya dalam berbicara, terutama setelah ia tampil berbicara di depan umum. Apa saja kekurangannya? Langkah ini sebut saja sebagai koreksi diri dalam berbicara. Tujuan utamanya adalah agar pada masa akan datang, ia dapat tampil lebih baik lagi, pembicaraannya lebih bermutu, dan tentunya diharapkan ia lebih disukai atau lebih diminati oleh audiens atau pendengarnya.
      Hal yang perlu mendapat perhatian untuk koreksi terhadap diri sendiri dalam hal berbicara adalah berhubungan dengan penguasaan bahan pembicaraan atau materi yang diungkapkan kepada pendengar. Apakah semua bahan atau sebagian bahan yang mestinya dikemukakan kepada pendengar sudah tersampaikan dengan baik? Bagaimana melacaknya? Ada baiknya Anda sebagai pembicara bertanya kepada salah seorang atau beberapa pendengar mengenai  hal ini. Untuk itu Anda jangan ragu-ragu menanyakannya. Jika Anda memperoleh jawaban bahwa sebagian besar bahan yang telah Anda kemukakan telah sampai dengan baik, maka Anda bisa berlega hati. Begitupun dengan sebaliknya, jika Anda memperoleh jawaban bahwa apa yang Anda sampaikan jauh dari memadai, maka Anda cepat sadar dan terus di masa akan datang dapat lebih hati-hati dan berusaha dengan sekuat-kuatnya agar Anda dapat menguasai bahan yang akan dibicarakan di depan pendengar atau audiens Anda. Tentu Anda tidak boleh berputus asa atau lemah semangat.
      Penguasaan bahan memang inti dari suatu kegiatan berbicara. Banyak dampak negatifnya jika seseorang kurang menguasai apa yang dibicarakannya kepada orang lain. Diantara dampak negatifnya adalah bahwa Anda akan kurang mendapat simpati dan kurang memperoleh kepercayaan dari audiens Anda, dan akibat yang paling buruk adalah Anda akan mengalami demam panggung. Karena itu, persiapkan dan kuasai dengan baik bahan yang akan Anda kemukakan di depan orang banyak. Anda harus yakin bahwa dengan persiapan yang matang. Anda akan memperoleh sambutan yang baik dari audiens Anda.
      Bagaimana dengan kualitas bahasa yang Anda gunakan? Berbicara berarti berbahasa. Bahasa adalah sarana untuk menyampaikan sesuatu dari seseorang kepada orang yang lain. Berbicara juga berarti berkomunikasi secara lisan. Anda berbicara berarti Anda menggunakan bahasa. Karena itu, perhatikan atau cermati bahasa yang Anda gunakan. Hal ini mungkin tidak begitu mudah untuk dilakukan, tetapi Anda bisa merekam pembicaraan Anda, Anda juga bisa bertanya kepada audiens Anda untuk mintai tanggapan mereka terhadap bahasa Anda.
      Bagaimana dengan pelafalan atau pengucapan bunyi bahasa, termasuk pengucapan kata-kata, apa ada pengaruh bahasa daerah (padahal situasinya menghendaki penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar). Karena itu, Anda harus melatih diri untuk melafalkan bunyi bahasa (Indonesia) yang tepat, dan mengurangi pengaruh bahasa daerah.
      Kadar keras lembutnya suara yang Anda gunakan bagaimana? Apakah ada kata-kata tertentu pada posisi tertentu, suara Anda selalu menurun. Sebab ada orang yang selalu menurun pada pengucapan kata yang posisinya di ujung atau di akhir kalimat, sehingga audiens atau pendengar menjadi tidak jelas. Tambahan lagi, kata yang diucapkan secara melemah (menurun drastis) itu sangat penting, sehingga membuat bingung pendengar, karenanya makna kalimat secara utuh tidak bisa ditangkap. Hal yang terakhir ini juga perlu mendapat perhatian khusus bagi setiap orang yang akan berbicara di depan publik.
      Apakah Anda sudah menggunakan kata-kata yang dianggap lazim ataukah sebagiannya sudah terasa asing bagi pendengar Anda? Artinya, Anda jangan merasa “aman” dengan setiap kata yang Anda pakai. Memang, hal ini juga berhubungan dengan latar belakang tingkat pendidikan dan daya pikir pendengar, tetapi apa sudah cukup maksimal usaha Anda untuk menghindari penggunaan kata-kata yang tidak lazim. Hal ini akan terasa sekali pentingnya jika Anda berbicara di kalangan masyarakat pedesaan, tempat yang jauh dan terpencil. Di samping itu, biarpun Anda berbicara di daerah perkotaan, perihal kelaziman kata yang digunakan juga tetap menjadi pertimbangan.
      Apakah Anda telah menggunakan kalimat secara efektif, tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek? Kalimat-kalimat yang bertele-tele dapat membuat pendengar Anda bingung dan mengalami kesulitan menangkap buah pikiran atau ide yang Anda kemukakan. Sebaliknya, kalimat yang sangat pendek dan beruntun Anda gunakan saat berbicara, juga akan dapat membuat pendengar Anda kewalahan dalam menyerap maknanya dan cenderung membuat kaku suasana pembicaraan. Untuk itu, Anda harus minta tanggapan kepada pendengar setelah Anda tampil, waktunya tidak harus hari itu juga, tetapi bisa beberapa hari sesudahnya. Jika Anda merekam pembicaraan Anda tentu akan lebih mudah dalam mengoreksi kalimat yang telah Anda sampaikan kepada audiens.
      Apakah Anda sudah menggunakan gaya bahasa tertentu? Gaya bahasa tertentu jika digunakan dalam situasi yang tepat akan dapat menghidupkan suasana interaksi Anda  dengan pendengar Anda. Penggunaan gaya bahasa dapat menggairahkan pendengar untuk terus mengikuti pembicaraan Anda, tetapi hal ini tetap patut menjadi renungan Anda.
      Dalam kaitan dengan penampilan Anda saat berbicara, apakah Anda telah memanfaatkan mata Anda dengan baik? Kontak mata amat penting saat Anda berhadapan dengan pendengar. Karena itu, gunakan mata Anda dengan sebaik-baiknya. Apakah Anda hanya memandang beberapa pendengar (mengarah ke bagian tertentu atau pojok tertentu) saja? Jika ini yang terjadi, berarti Anda tidak dapat mengadakan kontak mata dengan baik kepada  pendengar. Arah pandangan Anda saat berbicara seharusnya dapat merata ke semua pendengar. Jangan “pilih kasih” dalam memandang yang hadir. Karena itu, Anda jangan salah tingkah jika harus membagi pandangan ke semua yang hadir. Pendengar Anda secara keseluruhan juga mengharap dapat “menikmati atau merasakan” tatapan mata Anda.  Karena itu, Anda jangan malu memandang pendengar, jangan menunduk seakan tidak berani memandang pendengar. Keadaan yang terakhir ini terkadang bisa kita saksikan pada kesempatan tertentu, pembicara tidak siap menghadapi audiensnya. Hal ini sangat berhubungan dengan kestabilan mental pembicara seperti yang penulis kemukakan sebelumnya.
      Bagaimana pula Anda memanfaatkan tangan Anda? Apakah tangan Anda terlalu banyak bergerak “kesana-kemari” ataukah “lurus kaku” tanpa bergerak sedikitpun. Kedua keadaan ini harus dihindari. Lalu, ingat kembali apa yang Anda perbuat dengan tangan Anda saat berbicara di depan orang banyak. Jika kurang tepat, maka akan datang harus Anda ubah, Anda perbaiki. Gunakan gerak tangan seperlunya, sesuai dengan kondisi dan apa yang Anda ungkapkan.
      Bagimana penggunaan raut atau roman muka Anda saat berbicara di depan orang banyak? Jika Anda dapat menggunakan dengan tepat, maka akan dapat membuat pendengar bergairah atau menaruh perhatian  apa yang Anda kemukakan. Memang, hal ini tidak mutlak. Bisa saja seseorang berbicara, pendengar sangat tekun menyimak apa yang dikemukakannya, walau cara bicaranya biasa-biasa, raut muka juga biasa-biasa. Hal ini mungkin karena yang berbicara adalah pejabat, sehingga yang hadir berkewajiban penuh untuk memperhatikannya, ditambah suasananya sangat resmi. Jika ini yang terjadi, maka memang “lain lagi persoalannya”. Lalu, kaitannya dengan bahasan secara umum bahwa raut atau roman muka juga memegang peranan penting untuk menciptakan suasana interaksi pembicaraan antara Anda dengan pendengar Anda. Karena itu, gunakan raut atau roman muka dengan baik, tunjukkan kesejukan dan keramahan serta suasana bersahabat melalui muka Anda. Bagaimana persisnya memang sulit. Yang jelas muka Anda jangan seperti menggambarkan ketegangan atau kecemasan kepada pendengar Anda. Pendengar Anda mengharapkan Anda tampil dengan muka yang tenang, gembira, santai, dan dapat menyenangkan mereka. Hiasi muka Anda dengan senyuman pada situasi yang tepat.
      Bagaimana penampilan Anda dari segi berpakaian? Kewibawaan Anda juga dapat terangkat karena pakaian Anda, walau pakaian bukan segalanya. Yang penting berpakaianlah dengan sopan, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di tempat Anda berbicara. Kita akan memperoleh kesan baik dari publik terhadap kita. Pastikan bahwa penampilan kita membawa pesan yang positif, dan kita akan kelihatan lebih baik.
      Bagaimana kestabilan pengendalian diri Anda saat berbicara? Yang dimaksudkan pengendalian diri di sini berkaitan dengan penampilan Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda tampil di hadapan audiens. Apa Anda cukup percaya diri atas penampilan Anda? Apakah ada hal-hal yang mengganggu pikiran Anda saat berbicara, sehingga mengurangi keutuhan penampilan Anda. Apakah Anda telah menempatkan audiens atau pendengar sebagai mitra atau lawan berkomunikasi secara baik? Apakah ada reaksi audiens Anda yang tampak kurang memuaskan atas apa yang Anda lakukan, lalu bagaimana Anda mengatasinya saat itu? Beberapa pertanyaan ini kiranya menjadi renungan dan merupakan bahan koreksi atau evaluasi bagi Anda.
Persiapan Presentasi dan Kesiapan Mental Untuk Berbicara di Depan Publik
      Hal yang paling penting dalam persiapan kita untuk berbicara untuk di depan publik adalah membangun rasa percaya diri dan mengendalikan diri serta mengendalikan rasa takut dan emosi kita. Bahkan banyak pakar komunikasi yang mengatakan bahwa persiapan mental jauh lebih penting dari pada persiapan materi atau bahan pembicaraan. Meskipun demikian, persiapan materi juga sangat mempengaruhi kesiapan mental kita. Kesiapan mental yang positif merupakan syarat mutlak bagi kita dalam berbicara di depan publik. Pastikan juga bahwa Anda beristirahat dan tidur yang cukup menjelang waktu Anda berbicara di depan publik dan majulah dengan sikap optimis dan sukses.
      Kebanyakan orang sering melakukan kesalahan yaitu, kurang mempersiapkan diri untuk mengantisipasi suatu keadaan di mana kita diharuskan untuk berbicara di depan umum atau publik. Kebanyakan diri kita, sering membuat persiapan, beberapa saat menjelang setelah mengetahui bahwa dalam waktu dekat (sehari, dua hari, seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan) kita harus berbicara di depan publik.
      Kiranya sikap seperti itu kurang tepat. Meskipun kita belum tahu kapan kita akan dihadapkan pada situasi tersebut, kita sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Lebih-lebih kita yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah. Sebagai calon cendekiawan, calon pemimpin dan sebagainya.
Persiapan jangka panjang
      Berikut adalah hal-hal yang dapat dipersiapkan dalam jangka panjang untuk sebuah proses berbicara di depan publik, yaitu:
Menumbuhkan pribadi yang sehat
Secara umum dapat dikatakan, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mandiri, sosial, selalu berpikiran positif dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pribadi yang sehat memungkinkan untuk berkomunikasi secara sehat. Sebagai pembicara kita akan berpandangan positif tentang publik kita. Kita tidak mencurigai mereka, tidak menganggap mereka musuh, dan tidak diburu kekhawatiran bahwa publik akan menghancurkan kita (meskipun dalam situasi tertentu publik semacam itu sungguh ada).
Memperkaya pengetahuan dan pengalaman
Memperkaya pengetahuan dan pengalaman dapat diambil dari lingkungan kita hidup, misalnya: dengan membaca buku, koran, menyimak berita, atau mungkin dari pengalaman pribadi kita sendiri.
Contoh: Ada seorang teman yang pada mulanya jarang diberi kesempatan untuk tampil berbicara di depan publik, dan dia memang tidak cakap tampil berbicara di atas mimbar. Akan tetapi, setelah dia memperoleh gelar doktor dalam suatu bidang studi, dia banyak diminta untuk tampil menyampaikan keahliannya kepada teman-temannya yang seprofesi dan kepada masyarakat luas, karena gelarnya, dalam aneka pertemuan, perjamuan. Dia kerap didaulat untuk berbicara. Tentu saja pada awalnya teman tersebut cukup kebingungan, namun, karena seringnya tampil dan kesungguhannya untuk meningkatkan diri dalam public speaking, hasilnya dia semakin cakap tampil.
Melatih diri dalam setiap kesempatan yang tersedia
Kita perlu berlatih meskipun belum jelas kapan kita harus tampil di mimbar. Yang utama adalah biasakan tampil di depan publik.
Persiapan jangka pendek
      Faktor-faktor yang mempengaruhi publik speaking adalah dari waktu ke waktu berjalan, sehingga setiap peristiwa komunikasi berpotensi melibatkan tatp muka antara pembicara dan publiknya selalu bersifat unik. Oleh karena itu, persiapan yang harus dibuat tidak harus sama. Langkah-langkah yang harus dipersiapka adalah:
Menentukan topik dan tujuan
Menganalisis publik dan situasi
Mengumpulkan, menyelesaikan, dan menyusun bahan
Menentukan metode
Membahas ide
Melatih penyajian
      Topik adalah sesuatu yang akan kita sampaikan kepada publik. Topik biasanya masih bersifat umum, abstrak. Masih perlu dibatasi, secara kongkrit. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah angan kita bersedia berbicara tentang topik yang kita kuasai. Untuk selanjutnya kita juga harus menentukan tujuan.apakah tujuan kita menyampaikan topik itu? Secara garis besar, tujuan itu dapat kita bedakan menjadi lima tujuan sebagai berikut:
Tujuan memberi tahu
Tujuan mendorong
Tujuan menyakinkan
Tujuan bertindak
Tujuan menghibur
Metode menghafal
      Metode ini pembicara menghafalkan di luar kepala naskah yang sudah di susunnya. Adapun kekuatan melalui metode menghafal ini adalah:
Menimbulkan kesan bagi publik bahwa pembicara sungguh menguasai bahan.
Dapat berkomunikasi secara lebih baik dengan publiknya.
Tidak tepat untuk, 1) Pembicara akan lupa apabila daya ingatnya lemah, 2) pembicara akan panik apabila publik memberi reaksi atau intrupsi di luar apa yang diharapkan.
Metode ekstempora
      Metode ini tidak menggunakan naskah dan tidak menggunakan hafalan, namun pembicara hanya menggunakan kerangka garis besarnya saja apa yang ingin disampaikannya.
Metode impromptu
      Metode ini dapat disebut sebagai metode seta merta. Pembicara tidak membuat persiapan sama sekali. Improvisasi sangat berperan di sini. Hanya pembicara yang berpengalaman yang dapat menggunakan metode ini, karena banyak resikonya.
      Cara yang paling efektif untuk membangun kesiapan mental adalah dengan datang ke tempat pertemuan lebih awal. Dengan demikian kita dapat mengetahui suasana dan keadaan terlebih dahulu. Selanjutnya kita bisa mencari dukungan (buck up support) dari orang-orang yang kita kenal maupun kenalan baru serta dari mereka yang mengharapkan kita sukses dalam presentasinya nanti. Berbicaralah kepada mereka sebelum presentasi dimulai.
      Berikut adalah beberapa prinsip dalam mempersiapkan mental kita sebelum berbicara di depan publik:
Berbicara di depan publik bukanlah hal yang sangat menegangkan. Dunia tidak runtuh jika kita tidak melakukannya dengan baik. Tidak akan ada hal yang buruk yang akan terjadi setelah presentasi atau penyampaian kita. Jadi tenang dan relax saja.
Kita tidak perlu menjadi orang yang sempurna, cerdas, ataupun berliant untuk berbicara di depan publik.
Siapkan 2-3 poin pembicaraan atau pertanyaan, karena audiens Anda akan sulit untuk mengingat atau memperhatikan atau memperhatikan lebih dari tiga hal dalam satu waktu.
Kita harus memiliki tujuan atau sasaran yang jelas  dan terarah.
Kita tidak perlu menganggap diri kita adalah seorang pembicara publik. Tujuan kita adalah menyampaikan (message) kita kepada hadirin.
Kita tidak perlu harus dapat sepenuhnya menguasai seluruh hadirin. Biarkan saja kalau ada beberapa yang tidak menaruh perhatian. Fokuskan perhatian kita pada mereka  yang tertarik dan mendengarkan presentasi kita.
Kita harus ingat bahwa sebagian besar hadirin menginginkan kita berhasil dalam presentasi atau penyampaian pesan kita.
      Siapkan pesannya sebelum melakukan public speaking, selain persiapan mental, materi juga harus dilakukan dengan baik dan benar. Karena persiapan materi atau pesan yang akan kita sampaikan akan sangat mempengaruhi kesiapan kita secara mental. Hal yang paling penting adalah kesiapan pendengar atau audiens untuk menerima pesan kita.
      Biasanya kita harus menyampaikan pokok-pokok pemikiran atau ringkasan dari apa yang mau kita sampaikan sehingga audiens juga memiliki kesiapan mental untuk menerima pesan tersebut. Paling tidak, agenda atau outline bahan pembicaraan kita sudah jauh-jauh hari kita sampaikan terlebih dahulu.
      Hal yang pertama dalam mempersiapkan materi adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai materi yang akan kita sampaikan, baik dari buku-buku refrensi, tulisan atau publikasi lainnya. Kita juga perlu memperoleh informasi tentang audiens kita, baik tingkatan umur, maupun pendidikan, pengalaman, bidang, keahlian minat dan sebagainya. Sehingga kita bisa empati dan berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh audiens kita.
      Jadi dalam penyampaian pesan pesan kepada publik, baik berupa pertanyaan, pidato, kuliah, seminar, sepatah kata yang paling penting bagi kita adalah bahwa pesan kita dapat tersampaikan kepada penerima pesan dengan baik dan jelas. Berbicara di depan publik bukan ujian ataupun pengadilan untuk mengadili penampilan, kecerdasan, kecantikan ataupun keluasan pengetahuan kita. “It is simply a process of conveying your message to the targeted to the audiens, nothing more nothing less”.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
      Suatu hal yang amat baik, jika seseorang setelah berbicara, kemudian ia menilai atau melakukan koreksi terhadap dirinya sendiri, sejauhmana keberhasilannya dalam berbicara, terutama setelah ia tampil berbicara di depan umum.
      Hal yang perlu mendapat perhatian untuk koreksi terhadap diri sendiri dalam hal berbicara adalah berhubungan dengan penguasaan bahan pembicaraan atau materi yang diungkapkan kepada pendengar. Apakah semua bahan atau sebagian bahan yang mestinya dikemukakan kepada pendengar sudah tersampaikan dengan baik? Bagaimana melacaknya? Ada baiknya Anda sebagai pembicara bertanya kepada salah seorang atau beberapa pendengar mengenai  hal ini.
      Hal yang paling penting dalam persiapan kita untuk berbicara untuk di depan publik adalah membangun rasa percaya diri dan mengendalikan diri serta mengendalikan rasa takut dan emosi kita. Bahkan banyak pakar komunikasi yang mengatakan bahwa persiapan mental jauh lebih penting dari pada persiapan materi atau bahan pembicaraan. Meskipun demikian, persiapan materi juga sangat mempengaruhi kesiapan mental kita. Kesiapan mental yang positif merupakan syarat mutlak bagi kita dalam berbicara di depan publik.
Saran
      Setelah membaca dan memahami pokok pembahasan makalah ini, diharapkan pembaca mampu dapat menerapkan proses teknik evaluasi khitobah secara baik dan benar. Dan semoga makalah ini bisa menambahkan ilmu pengetahuan banyak bagi penulis dan pembaca dan membawa manfaat besar dalam teknik evaluasi khitobah.




DAFTAR PUSTAKA
      Zulkifi Musaba, Terampil Berbicara, Teori dan Pedoman Penerapannya, 2009, (Yogjakarta: Aswaja Pressindo)
      Saifuddin Zuhri, Public Speaking, 2010,  (Yogjakarta: Graha Ilmu)

0 komentar:

Posting Komentar