Sabtu, 26 November 2016

jurnalis

BY Unknown No comments

BAB I
PEMBAHASAN
A.    Jurnalisme Warga
Jurnalisme warga (citizen journalism) adalah aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga biasa (bukan wartawan), atau keterlibatan warga dalam memberitakan sesuatu.
Konsep citizen journalism didasarkan warga masyarakat (public citizens) yang berperan aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisis, dan menyebarkan berita dan informasi (Wikipedia).
Berita atau informasi yang diproduksi jurnalis warga disebarluaskan melalui berbagai media, baik media mainstream yang menyediakan ruang jurnalisme warga maupun media milik warga sendiri, blog, majalah, buletin, radio komunitas, dan sebagainya.
B.     Istilah Jurnalisme Warga
Ada 9 alternatif nama untuk Jurnalisme Warga (Citizen Journalism) sebagaimana dikemukakan Mark Glaser di Mediashift:
1.      Grassroots journalism Jurnalisme Akar Rumput
2.      Networked journalism: Jurnalisme Berjejaring
3.      Open source journalism: Jurnalisme Sumber Terbuka
4.      Citizen media: Media Warga
5.      Participatory journalism: Jurnalisme Partisipasi
6.      Hyperlocal journalism: Jurnalisme Sangat Lokal
7.      Bottom-up journalism: Jurnalisme Bawah-ke-Atas
8.      Stand-alone journalism: Jurnalisme Mandiri
9.      Distributed journalism: Jurnalisme Terdistribusi


C.    Dasar-Dasar Jurnalisme Warga
Jurnalistik adalah proses penulisan dan penyebarluasan berita (news). Karenanya, dasar pengetahuan dan keterampilan (knowledge and skill) jurnalisme warga adalah pemahaman dan kemahiran menulis berita.
Dari dasar keterampilan menulis berita ini nanti berkembang dengan kemampuan menulis karya jurnalistik lainnya, seperi feature, artikel opini, foto jurnalistik, lalu jurnalistik penyiaran (broadcast journalism alias jurnalistik radio dan televisi).
Jurnalis warga, dengan demikian, mesti mengusai ilmu jurnalistik dasar ini (penulisan berita), meliputi, antara lain:
1.      Pengertian berita
2.      Nilai berita (news values)
3.      Unsur-Unsur Berita (5W+1H)
4.      Struktur naskah berita
5.      Bahasa Jurnalistik atau Bahasa Media
6.      Etika penulisan berita (kode etik jurnalistik)
Selain itu, ada sejumlah prinsip dasar jurnalisme warga yang harus diperhatikan. Salah satu tokoh terkemuka pendukung CJ, Dan Gillmor dan JD Lasica mengemukakan lima prinsip dasar jurnalisme warga (five basic principles of Citizen Journalism):
a.       Accuracy: Akurasi, ketepatan
b.      Thoroughness: Kecermatan, ketelitian
c.       Transparency: Transparansi, keterbukaan dalam peliputan berita
d.      Fairness: Kejujuran
e.       Independence: Independensi, tidak berpihak dan tidak terikat oleh kelompok mana pun.

Meski "hanya" jurnalisme warga, berita yang dibuat mestilah akurat dari segi penulisan (redaksi) dan konten (isi, substansi, falta, data). Karenanya, jurnalis warga memerlukan verifikasi atau cek-ricek data. (www.romelteamedia.com).[1]
D.    Fungsi Citizen Journalism
1.      embuka ruang untuk komentar publik, dimana pembaca bisa bereaksi, memuji, mengkritk, atau menambahkan bahan tulisan jurnalis professional.
2.      Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis jurnalis professional. Biasanya ada kontribusi pendapat dari luar jurnalis, dimana foto kontributor akan ikut diterbitkan.
3.      Kolaborasi antara jurnalis professional dengan non jurnalis yang memiliki kemampuan dalam materi/ bidang yang akan dibahas dalam artikel tersebut, sebagai bantuan dalam peranan citizen journalism mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel.
Gilmor mengatakan CJ bukanlah konsep sderhana yang dapat diaplikasikan secara sederhana pada seluruh organisasi pemberitaan. CJ memiliki konsep yang kompleks dengan beragam variasi. JD Lasica, senior editor Online Journalism Review mengatakan, ada 6 kategori jurnalisme partisipasi, yaitu:
a.       Partisipasi khalayak dalam mainstream media.
Di Indonesia praktik-praktik seperti ini juga telah banyak dilakkan baik di media cetak (suratkabar maupun majalah), media elektronik (radio maupun televise) serta media online. partisipasi ini dapat berbentuk: komentar khalayak (media online biasanya menyediakan ruang untuk berkomentar berdampingan dengan beritanya, radio dan tlevisi biasa menyediakan acara talkshow untuk memberikan kesempatan khalayak menyampaikan komentar); forum diskusi pembaca/khalayak; kolom artikel; juga termasuk foto, video, laporan yang dikirim oleh khalayak; serta bentuk-bentuk kontribusi khalayak lainnya.
b.      Berita independen dan situs yang berisi informasi (weblog individual maupun situs dengan tema khusus, misalnya situs yang menyediakan berita kota).
c.       Situs dengan partisipasi penuh, di mana hampir semua beritanya diproduksi olehreporter warga (citizen reporters).
d.      Collaborate and Contributory media sites.
e.       Media kecil lainnya, termasuk milis, email newsletter, dan media digital lainnya.
f.       Situs penyiaran personal, yang memublikasikan penyiaran radio maupun TV.
Sementara Steve Outing, senior editor pada The Poynter Institute for Media Studies, mengklasifikasikan CJ ke dalam 11 kategori:
1)      CJ yang membuka ruang untuk komentar publik, di mana pembaca atau khalayak bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan jenis ini bisa kita kenal sebagai ruang surat pembaca.
2)      Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis. Warga diminta untuk ikut menuliskan pengalamannya, pada sebuah topik utama liputan yang dilaporkan jurnalis.
3)      Kolaborasi antara jurnalis porfesional dengan nonjurnalis yan gmemiliki kemampuan dalam materi yang dibahas, sebagai bantuan dalam mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel. Terkadang professional nonjurnalis ini dapat juga menjadi contributor tunggal yang menghasilkan artikel tersebut.
4)      Bolghouse warga. Melalui blog, orang bisa berbagi cerita tentang dunia, dan bisa menceritakan dunia berdasarkan pengalaman dan sudut pandangnya.
5)      Newsroom citizen transparency blogs, merupakan blog yang disediakan sebuah organisasi media sebagai upaya transparansi, di mana pembaca bisa memasukkan keluhan, kritik, atau pujian atas pekerjaan media tersebut.
6)      Stand-alone CJ sites, yang melalui proses editing. Sumbangan laporan dari warga, biasanya tentang hal-hal yang sifatnya sangat lokal yang dialami langsung oleh warga. Editor berperan untuk menjaga kualitas laporan, dan mendidik warga (kontributor) tentang topik-topik yang menarik dan layak untuk dilaporkan.
7)      Stand-alone CJ sites, yang tidak melalui proses editing.
8)      Gabungan stand-alone CJ journalism website dan edisi cetak.
9)      Hybrid: Pro+CJ. suatu kerja organisasi media yang menggabungkan pekerjaan jurnalis professional dengan journalis warga. Situs OhmyNews, Radio Elshinta, atau Radio Mara FM bandung termasuk ke dalam kategori ini. dalam OhmyNews, kontribusi berita tidak otomatis diterima sebagai sebuah berita. Editor berperan dalam menilai dan memilih berita yang akan diangkat ke halaman utama.
10)  Penggabungan antara jurnalis professional dan jurnalis warga dalam satu atap, di mana website membeli tulisan dari jurnalis professional dan menerima tulisan jurnalis warga.
11)  Model Wiki, di mana pembaca adalah juga edior. setiap orang bisa menulis artikel dan setiap orang bisa memberi tambahan atau komentar yang terbit.





E.     Prinsip dasar citizen journalism
  1. Pewarta (reporternya) adalah pembaca, khalayak ramai, siapapun yang mempunyai informasi atas sesuatu.
  2. Siapa pun dapat memberikan komentar, koreksi, klarifikasi atas berita yang diterbitkan
  3. Biasanya non-profit oriented
  4. Masih didominasi oleh media-media online
  5. Memiliki komunitas-komunitas yang sering melakukan gathering
  6. Walaupun ada kritik, tidak ada persaingan antarpenulis (reporter)
  7. Tidak membedakan pewarta profesional atau amatir
  8. Tidak ada seleksi ketat terhadap berita-beritanya
  9. Ada yang dikelola secara profesional ada pula yang dikelola secara amatir, pembaca dapat langsung berinteraksi dengan penulisnya melalui kotak komentar atau e-mail.
Etika citizen journalism kurang lebih sama dengan etika menulis di media online. Di antaranya sebagai berikut:
  1. Tidak menyebarkan berita bohong
  2. Tidak mencemarkan nama baik
  3. Tidak memicu konflik SARA
  4. Tidak memuat konten pornografi[2]





F.     Prinsip-prinsip Jurnalistik
Ketika kran demokrasi terbuka lebar, dan pers diberi kebebasan dan leluasa untuk mencari, menyaring, mengolah dan menyebarkan informasi, ada sejumlah prinsip yang penting menjadi pegangan setiap jurnalis.
Prinsip ini yang kemudian menjadi rambu-rambu bagi seorang jurnalis dalam menjalankan tugas (dan pengabdiannya). Itu semua terangkum dalam buku The Elements of Journalism, What Newspeople Should Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers), karangan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001).
  1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran
Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat. Bentuk dan kebenaran jurnalistik yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional.
  1. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga (citizens)
Kesetiaan pertama jurnalis harus diberikan kepada warga (citizens). Ini adalah implikasi dari perjanjian dengan publik. Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional. Kesetiaan pada warga ini adalah makna dari independensi jurnalistik. Independensi adalah bebas dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik.
  1. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Sedangkan jurnalisme berfokus utama pada apa yang terjadi, seperti apa adanya. Ada sejumlah prinsip intelektual dalam ilmu peliputan: 1) Jangan menambah-nambahkan sesuatu yang tidak ada; 2) Jangan mengecoh audiens; 3) Bersikaplah transparan sedapat mungkin tentang motif dan metode Anda; 4) Lebih mengandalkan pada liputan orisinal yang dilakukan sendiri; 5) Bersikap rendah hati, tidak menganggap diri paling tahu.
  1. Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput
Jurnalis harus tetap independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan pikiran harus dijaga wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. Jadi, yang harus lebih dipentingkan adalah independensi, bukan netralitas. Jurnalis yang menulis tajuk rencana atau opini, tidak bersikap netral. Namun, ia harus independen, dan kredibilitasnya terletak pada dedikasinya pada akurasi, verifikasi, kepentingan publik yang lebih besar, dan hasrat untuk memberi informasi.
  1. Jurnalis harus melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan
Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di masyarakat. Pers percaya dapat mengawasi dan mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal buruk, yaitu hal-hal yang tidak boleh mereka lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang menangani urusan publik. Jurnalis juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang tak mampu bersuara sendiri.
  1. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari public
Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil sikap.
  1. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan
Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang kurang serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun.
  1. Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional
Jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif.
  1. Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka
Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa.
Dalam perkembangan berikutnya, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan elemen ke-10. Yaitu: Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan berita. Elemen terbaru ini muncul dengan perkembangan teknologi informasi, khususnya internet. Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan media sendiri. Ini terlihat dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas (community journalism) dan media alternatif. Warga dapat menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong perkembangan jurnalisme.[3]


BAB II
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jurnalistik adalah proses penulisan dan penyebarluasan berita (news). Karenanya, dasar pengetahuan dan keterampilan (knowledge and skill) jurnalisme warga adalah pemahaman dan kemahiran menulis berita.
Jurnalisme warga (citizen journalism) adalah aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh warga biasa (bukan wartawan), atau keterlibatan warga dalam memberitakan sesuatu.
Ada 9 alternatif nama untuk Jurnalisme Warga (Citizen Journalism) sebagaimana dikemukakan Mark Glaser di Mediashift:
  1. Grassroots journalism Jurnalisme Akar Rumput
  2. Networked journalism: Jurnalisme Berjejaring
  3. Open source journalism: Jurnalisme Sumber Terbuka
  4. Citizen media: Media Warga
  5. Participatory journalism: Jurnalisme Partisipasi
  6. Hyperlocal journalism: Jurnalisme Sangat Lokal
  7. Bottom-up journalism: Jurnalisme Bawah-ke-Atas
  8. Stand-alone journalism: Jurnalisme Mandiri
  9. Distributed journalism: Jurnalisme Terdistribusi.
B.     Saran
      Setelah membaca dan memahami pokok pembahasan makalah ini, diharapkan pembaca mampu dapat mengerti Apa itu Jurnalisme Warga dan Prisip Jurnaliastik. Dan semoga makalah ini bisa menambahkan ilmu pengetahuan bagi penulis dan juga pembaca, dan membawa manfaat begitu banyak untuk menganalisis sebuah Jurnalisme Warga yang ada di sekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA
(Online),(http://books.google.ca/books?id=A1QdLpebfnIC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge­_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false), Diakses Tanggal 25 November 2016
(Online),http://www.ihsanyunus.com/2014/02/prinsip-prinsip-jurna­lisme.html?m=1, Diakses Tanggal 25 November 2016
(Online),http://ayuhanaaa.blogspot.co.id/2015/10/citizen-journalism-ju­rnalisme-warga.html?m=1, Diakses Tanggal 25 November 2016



[1](Online),(http://books.google.ca/books?id=A1QdLpebfnIC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge­_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false), Diakses Tnggal 25 November 2016
      [2](Online), http://www.ihsanyunus.com/2014/02/prinsip-prinsip-jurna­lisme.html?m=, Diakses Tanggal 25 November 2016.
[3](Online),http://ayuhanaaa.blogspot.co.id/2015/10/citizen-journalism-ju­rnalisme-warga.html?m=, Diakses Tanggal 25 November 2016.

0 komentar:

Posting Komentar