BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbicara kajian ilmu
komunikasi, khususnya tentang analisis teks media, maka tidak akan pernah lepas
membahas tentang semiotika. Kajian ini populer digunakan oleh akademisi atau
ilmuwan komunikasi sebagai pisau analisis dalam penelitian-penelitian yang
berkaitan dengan media massa.
Semiotik sebagai suatu model dari ilmu
pengetahuan sosial memahami dunia
sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan “tanda”.
Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.
Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan”, dalam tanda ada
sesutu yang tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri.
Perkembangan pola pikir manusia merupakan
sebuah bentuk perkembangan yang mendasari terbentuknya suatu pemahaman yang
merujuk pada terbentuknya sebuah makna. Apabila kita amati, kehidupan kita saat
ini tidak pernah terlepas dari makna, persepsi, atau pemahaman terhadap apapun
yang kita lihat. Sekarang kita lihat benda-benda yang ada di sekeliling kita.
Sering sekali kita tanpa memikirkan bentuk dan wujud benda tersebut kita sudah
bisa mengetahui apa nama dari benda itu. Ketika kita mengendarai sepeda motor
atau mobil di jalan raya, maka kita bisa memaknai setiap bentuk tanda lalu
lintas yang bertebaran di jalan raya, seperti traffic light misalnya, atau
tanda “Dilarang Parkir” dan lain sebagainya. Pernahkah terlintas dalam benak
kita sebuah pertanyaan “mengapa tanda ini dimaknai begini? Mengapa simbol itu dimaknai
sedemikian rupa”. Kajian keilmuan yang meneliti mengenai simbol atau tanda dan
konstruksi makna yang terkandung dalam tanda tersebut dinamakan dengan Semiotik
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas, kemudian
dirumuskan menjadi beberapa masalah, diantaranya adalah:
1. Apa
pengertian Semiotika?
2. Apa
saja macam-macam Semiotika?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
Adapun beberapa tujuan
dari penulisan makalah adalah:
1. Memahami
pengertian Semiotika
2. Mengetahui
macam-macam Semiotika
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotik
berasal dari kata Yunani semeion yang
berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas
dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, yang dianggap mewakili sesuatu
yang lain. Istilah semeion tampaknya
diturunkan dari kedokteran hiprokatik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada
simtomatologi dan diagnostik inferensial. “Tanda” pada masa itu masih bermakna
sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya
api.
Secara terminologis semiotik dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek,
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Mengartikan semitik
sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala
yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya,
dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”.
Para pakar susastra sudah mencoba
mendefinisikan semiotik yang berkaitan dengan bidang disiplin ilmunya. Dalam
konteks susastra, memberi batasan semiotik adalah tanda sebagai tindak
komunikasi. Ia kemudian menyempurnakan batasan semiotik itu sebagai “model
sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman
gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana
pun”.
Dick Hartoko memberi batasan, semiotik
adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat
tanda-tanda atau lambang-lambang. Seperti dikutip Santoso menyatakan bahwa
semiotik adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tanda-tanda dan
lambang-lambang, sistem-sitemnya dan proses pelambangan.
Batasan yang lebih jelas dikemukakan
Preminger. Dikatakan, “semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini
menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan
tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan,
konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.[1]
Tanda-tanda (sign) adalah basis seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan
tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi sesamanya. Banyak hal bisa
dikomunikasikan di dunia ini.
Kajian semiotika sampai sekarang telah
membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika Komunikasi dan semiotika Signifikasi.
Yang pertama menekannkan pada teori tentan produksi tanda yang salah satu di
antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim,
penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang
dibicarakan). Yang kedua memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya
dalam suatu konteks tertentu.
Pada jenis yang kedua, tidak di
persoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya, yang diutamakan adalah segi
pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih
diperhatikan dari pada proses komunikasinya.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode
analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai
dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan
bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada
dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things).
Memaknai (to sinify) dalam hal ini
tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berati bahwa objek-objek tidak hanya
membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi
juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
Suatu tanda menandakan sesuatu selain
dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah
hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda. Konsep dasar ini
mengikat bersama seperangkat teori yang amat
luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk
nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan
maknanya dan bagaiman tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk
kepada semiotika.[2]
Menurut Saussure, persepsi dan pandangan
kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang
digunakan dalam konteks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat yang cukup
mengejutkan dan dianggap revolusioner, karena hal itu berarti tanda membentuk
persepsi manusia, lebih dari sekadar merefleksikan realitas yang ada.
Ide dasar semiotika ini berangkat dari
pesan kode. Penyampaian pesan tersebut satu-satunya disampaikan dengan kode.
Oleh karena itu terdapat proses Encoding
dan Decoding dalam komunikasi.
Encoding
merupakan proses pikiran atau komunikasi dalam menyampaikan pesan, sedangkan Decoding merupakan kebalikannya yaitu
proses pikiran dalam menerjemahkan pesan-pesan yang terkode tersebut.
Menurut Umberto Eco dan Hoed, semiotika
dibagi atas dua kajian, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika tanda.
Semiotika komunikasi memfokuskan pada
teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya
enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda),
pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan) serta memberikan
tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.
Semiotika signifikasi tidak mempersoalkan
adanya tujuan berkomunikasi. Yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda
sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada
proses komunikasinya.[3]
B.
Macam-macam
Semiotika
Sekurang-kurangnya terdapat sebilan macam
semiotik yang kita kenal sekarang, yaitu:
1. Semiotik Analitik,
yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce menyatakan bahwa semiotik
berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat
dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam
lambang yang mengacu kepada objek tertentu. Contoh: seseorang yang mempunyai
suatu ide dalam pikirannya, lalu ide tersebut digambar menggunakan alat tulis
menjadi suatu benda atau simbol, dan benda tersebut mempunyai makna dibaliknya.
2. Semiotik Deskriptif,
yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang,
meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa hujan tidak lama lagi akan
turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu. Demikian pula jika ombak
memutih di tengah laut, itu menandakan bahwa laut berombak besar. Namun, dengan
majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, telah banyak tanda yang
diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Semiotik Faunal
(zoosemiotic), yakni semiotik yang
khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya
menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering
menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, seekor ayam
betina yang berkotek-kotek menandakan ayam itu telah berteluratau ada sesuatu
yang ia takuti. Induk ayam yang membunyikan “krek ... krek ... krek ...”
memberikan tanda kepada anak-anaknya untuk segera mendekat, sebab ada makanan
yang ditemukan. Juga, seorang yang akan berangkat terpaksa mengurungkan waktu
keberangkatannya beberapa saat, sebab mendengar bunyi cecak yang ada di
hadapannya. Tanda-tanda yang dihasilkan oleh hewan seperti ini, menjadi
perhatian orang yang bergerak dalam bidang semiotik faunal.
4. Semiotik Kultural,
yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan
masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk sosial
memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun-temurun dipertahankan dan
dihormati. Budaya yang terdapat dalam masyarakat juga merupakan sistem itu,
menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang
lain. Contoh: budaya orang NU adalah adanya tahlilan, sholawatan dan lain-lain.
5. Semiotik Naratif,
yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan
cerita lisan (folklore). Telah
diketahui bahwa mitos dan cerita lisan, ada di antaranya memiliki nilai
kultural tinggi. Itu sebabnya Greimas (1987) memulai pembahasannya tentang
nilai-nilai kultural ketika ia membahas persoalan semiotik naratif. Contoh:
pohon beringin yang rindang dan lebat di percayai orang-orang bahwa pohon itu
keramat atau angker.
6. Semiotik Natural,
yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Air
sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan, dan daun pohon-pohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak
bersahabat dengan manusia, misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya
memberikan tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.
7. Semiotik Normatif,
yakni semiotik yang khusus menelaah tanda yang dibuat manusia yang berwujud
norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas. Di ruang kereta api sering
dijumpai tanda yang bermakna dilarang merokok.
8. Semiotik Sosial,
yakni semiotik yang khusus menelaah sistem yang tanda dihasilkan oleh manusia
yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang berwujud kata
dalam satuan yang disebut kalimat. Buku Halliday (1978) itu sendiri berjudul Language Social Semiotic. Dengan kata
lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa. Contoh:
lagunya Nidji yang berjudul “Laskar Pelangi” yang mempunyai makna kata yang
baik dan indah.
9. Semiotik Struktural,
yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui
struktur bahasa. Baik itu bahasa verbal maupun bahasa non verbal.[4]
Tanda yang bersifat verbal adalah
tanda-tanda yang digunakan sebagai alat komunikasi, dihasilkan oleh alat
bicara. Misalnya, percakapan secara langsung bertatap muka, mendengarkan berita
atau cerita, interaksi guru atau dosen dengan murid atau mahasiswa saat
mengajar, aktivitas jual beli antara penjual dan pembeli.
Adapun
contoh tanda bahasa nonverbal yang dihasilkan dari bahasa tubuh, yaitu:
a. Acungan
jempol sebagai tanda hebat atau bagus
b. Bersalaman
sebagai tanda persahabatan atau pernyataan iya
c. Angguka
kepala sebagai tanda hormat
d. Gelengan
kepala sebagai tanda pernyataan tidak atau bukan
Contoh
tanda yang bersifat nonverbal melalui suara atau bunyi yaitu:
a. Siulan
sebagai tanda gembira, memanggil
b. Jeritan
sebagai tanda sakit, ada bahaya, atau permintaan pertolongan
c. Batuk
kecil sebagai tanda ingin berkenalan,ada orang lewat[5]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Semiotika adalah suatu
ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat
yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di
tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah
Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate).
Memaknai berati bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana
objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur dari tanda.
Semiotika sendiri berasal dari kata
Yunani “semeion” yang berarti tanda.
Para pakar mempunyai pengertian masing-masing dalam menjelaskan semiotika
berpandangan bahwa semiotika adalah studi tentang tanda dan cara tanda itu
bekerja. Terdapat sebilan macam semiotik yang kita kenal, yaitu: [1] Semiotik
Analitik [2] Semiotik Deskriptif [3] Semiotik Faunal (zoosemiotic) [4] Semiotik Kultural [5] Semiotik Naratif [6] Semiotik Natural [7] Semiotik Normatif [8] Semiotik Sosial [9] Semiotik Struktural.
B.
Saran
Setelah membaca dan memahami pokok
pembahasan makalah ini, diharapkan pembaca mampu dapat menerapkan proses Analisis
Semiotika secara baik dan benar. Dan semoga makalah ini bisa menambahkan ilmu
pengetahuan banyak bagi penulis dan juga pembaca, dan membawa manfaat besar
dalam menganalisis suatu benda yang ada di sekitar kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Alex Sobur, Analisis Teks Teks Media, 2009, (Bandung: Remaja Rosdakarya)
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, 2003, (Bandung: Remaja Rosdakarya)
Arif budi, (Online), http:// lecture.ub.ac.id/2014/03/semiotik-simbol-tanda-dan-konstruksi-makna/, diakses Tanggal 20
November 2016
(Online),
http://blogilmukomunikasi.blogspot.co.id/2013/09/contoh-komunikasi-verbal-dan-nonverbal.html?=, Diakses Tanggal 02
Desember 2016
[5]
(Online),
http://blogilmukomunikasi.blogspot.co.id/2013/09/contoh-komunikasi-verbal-dan-nonverbal.html?=, Diakses Tanggal 02 Desember
2016.
0 komentar:
Posting Komentar