Senin, 05 Desember 2016

macam semiotika dan contohnya

BY Unknown No comments

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
      Berbicara kajian ilmu komunikasi, khususnya tentang analisis teks media, maka tidak akan pernah lepas membahas tentang semiotika. Kajian ini populer digunakan oleh akademisi atau ilmuwan komunikasi sebagai pisau analisis dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan media massa.
      Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami  dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan “tanda”. Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan”, dalam tanda ada sesutu yang tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri.
      Perkembangan pola pikir manusia merupakan sebuah bentuk perkembangan yang mendasari terbentuknya suatu pemahaman yang merujuk pada terbentuknya sebuah makna. Apabila kita amati, kehidupan kita saat ini tidak pernah terlepas dari makna, persepsi, atau pemahaman terhadap apapun yang kita lihat. Sekarang kita lihat benda-benda yang ada di sekeliling kita. Sering sekali kita tanpa memikirkan bentuk dan wujud benda tersebut kita sudah bisa mengetahui apa nama dari benda itu. Ketika kita mengendarai sepeda motor atau mobil di jalan raya, maka kita bisa memaknai setiap bentuk tanda lalu lintas yang bertebaran di jalan raya, seperti traffic light misalnya, atau tanda “Dilarang Parkir” dan lain sebagainya. Pernahkah terlintas dalam benak kita sebuah pertanyaan “mengapa tanda ini dimaknai begini? Mengapa simbol itu dimaknai sedemikian rupa”. Kajian keilmuan yang meneliti mengenai simbol atau tanda dan konstruksi makna yang terkandung dalam tanda tersebut dinamakan dengan Semiotik



B.     Rumusan Masalah
      Dari latar belakang di atas, kemudian dirumuskan menjadi beberapa masalah, diantaranya adalah:
1.      Apa pengertian Semiotika?
2.      Apa saja macam-macam Semiotika?
C.    Tujuan Penulisan Makalah
Adapun beberapa tujuan dari penulisan makalah adalah:
1.      Memahami pengertian Semiotika
2.      Mengetahui macam-macam Semiotika
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Semiotika
      Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, yang dianggap mewakili sesuatu yang lain. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hiprokatik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial. “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api.
      Secara terminologis semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Mengartikan semitik sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”.
      Para pakar susastra sudah mencoba mendefinisikan semiotik yang berkaitan dengan bidang disiplin ilmunya. Dalam konteks susastra, memberi batasan semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi. Ia kemudian menyempurnakan batasan semiotik itu sebagai “model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun”.
      Dick Hartoko memberi batasan, semiotik adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang. Seperti dikutip Santoso menyatakan bahwa semiotik adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem-sitemnya dan proses pelambangan.

      Batasan yang lebih jelas dikemukakan Preminger. Dikatakan, “semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.[1]
      Tanda-tanda (sign) adalah basis seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini.
      Kajian semiotika sampai sekarang telah membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika Komunikasi dan semiotika Signifikasi. Yang pertama menekannkan pada teori tentan produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan). Yang kedua memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.
      Pada jenis yang kedua, tidak di persoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya, yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasinya.
      Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berati bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.


      Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda. Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat  luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaiman tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika.[2]
      Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat yang cukup mengejutkan dan dianggap revolusioner, karena hal itu berarti tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekadar merefleksikan realitas yang ada.
      Ide dasar semiotika ini berangkat dari pesan kode. Penyampaian pesan tersebut satu-satunya disampaikan dengan kode. Oleh karena itu terdapat proses Encoding dan Decoding dalam komunikasi.
      Encoding merupakan proses pikiran atau komunikasi dalam menyampaikan pesan, sedangkan Decoding merupakan kebalikannya yaitu proses pikiran dalam menerjemahkan pesan-pesan yang terkode tersebut.
      Menurut Umberto Eco dan Hoed, semiotika dibagi atas dua kajian, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika tanda.
      Semiotika komunikasi memfokuskan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan) serta memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.



      Semiotika signifikasi tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasinya.[3]
B.     Macam-macam Semiotika
      Sekurang-kurangnya terdapat sebilan macam semiotik yang kita kenal sekarang, yaitu:
1.      Semiotik Analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu. Contoh: seseorang yang mempunyai suatu ide dalam pikirannya, lalu ide tersebut digambar menggunakan alat tulis menjadi suatu benda atau simbol, dan benda tersebut mempunyai makna dibaliknya.
2.      Semiotik Deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa hujan tidak lama lagi akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu. Demikian pula jika ombak memutih di tengah laut, itu menandakan bahwa laut berombak besar. Namun, dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
3.      Semiotik Faunal (zoosemiotic), yakni semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, seekor ayam betina yang berkotek-kotek menandakan ayam itu telah berteluratau ada sesuatu yang ia takuti. Induk ayam yang membunyikan “krek ... krek ... krek ...” memberikan tanda kepada anak-anaknya untuk segera mendekat, sebab ada makanan yang ditemukan. Juga, seorang yang akan berangkat terpaksa mengurungkan waktu keberangkatannya beberapa saat, sebab mendengar bunyi cecak yang ada di hadapannya. Tanda-tanda yang dihasilkan oleh hewan seperti ini, menjadi perhatian orang yang bergerak dalam bidang semiotik faunal.
4.      Semiotik Kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun-temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam masyarakat juga merupakan sistem itu, menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang lain. Contoh: budaya orang NU adalah adanya tahlilan, sholawatan dan lain-lain.
5.      Semiotik Naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Telah diketahui bahwa mitos dan cerita lisan, ada di antaranya memiliki nilai kultural tinggi. Itu sebabnya Greimas (1987) memulai pembahasannya tentang nilai-nilai kultural ketika ia membahas persoalan semiotik naratif. Contoh: pohon beringin yang rindang dan lebat di percayai orang-orang bahwa pohon itu keramat atau angker.
6.      Semiotik Natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan, dan daun pohon-pohonan  yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak bersahabat dengan manusia, misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.
7.      Semiotik Normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah tanda yang dibuat manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas. Di ruang kereta api sering dijumpai tanda yang bermakna dilarang merokok.
8.      Semiotik Sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem yang tanda dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Buku Halliday (1978) itu sendiri berjudul Language Social Semiotic. Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa. Contoh: lagunya Nidji yang berjudul “Laskar Pelangi” yang mempunyai makna kata yang baik dan indah.
9.      Semiotik Struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa. Baik itu bahasa verbal maupun bahasa non verbal.[4]
      Tanda yang bersifat verbal adalah tanda-tanda yang digunakan sebagai alat komunikasi, dihasilkan oleh alat bicara. Misalnya, percakapan secara langsung bertatap muka, mendengarkan berita atau cerita, interaksi guru atau dosen dengan murid atau mahasiswa saat mengajar, aktivitas jual beli antara penjual dan pembeli.
Adapun contoh tanda bahasa nonverbal yang dihasilkan dari bahasa tubuh, yaitu:
a.       Acungan jempol sebagai tanda hebat atau bagus
b.      Bersalaman sebagai tanda persahabatan atau pernyataan iya
c.       Angguka kepala sebagai tanda hormat
d.      Gelengan kepala sebagai tanda pernyataan tidak atau bukan
Contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui suara atau bunyi yaitu:
a.       Siulan sebagai tanda gembira, memanggil
b.      Jeritan sebagai tanda sakit, ada bahaya, atau permintaan pertolongan
c.       Batuk kecil sebagai tanda ingin berkenalan,ada orang lewat[5]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berati bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
      Semiotika sendiri berasal dari kata Yunani “semeion” yang berarti tanda. Para pakar mempunyai pengertian masing-masing dalam menjelaskan semiotika berpandangan bahwa semiotika adalah studi tentang tanda dan cara tanda itu bekerja. Terdapat sebilan macam semiotik yang kita kenal, yaitu: [1] Semiotik Analitik [2] Semiotik Deskriptif [3] Semiotik Faunal (zoosemiotic) [4] Semiotik Kultural [5] Semiotik Naratif [6] Semiotik Natural [7] Semiotik Normatif [8] Semiotik Sosial [9] Semiotik Struktural.
B.     Saran
      Setelah membaca dan memahami pokok pembahasan makalah ini, diharapkan pembaca mampu dapat menerapkan proses Analisis Semiotika secara baik dan benar. Dan semoga makalah ini bisa menambahkan ilmu pengetahuan banyak bagi penulis dan juga pembaca, dan membawa manfaat besar dalam menganalisis suatu benda yang ada di sekitar kita.




DAFTAR PUSTAKA
       Alex Sobur, Analisis Teks Teks Media, 2009, (Bandung: Remaja Rosdakarya)
       Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, 2003, (Bandung: Remaja Rosdakarya)
       Arif budi, (Online), http:// lecture.ub.ac.id/2014/03/semiotik-simbol-tanda-dan-konstruksi-makna/, diakses Tanggal 20 November 2016
      (Online), http://blogilmukomunikasi.blogspot.co.id/2013/09/contoh-komunikasi-verbal-dan-nonverbal.html?=, Diakses Tanggal 02 Desember 2016



      [1] Alex Sobur, Analisis Teks Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 95.
      [2] Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 15.
      [3] Arif budi, (Online), http:// lecture.ub.ac.id/2014/03/semiotik-simbol-tanda-dan-konstruksi-makna/, diakses Tanggal 20 November 2016.
      [4] Alex Sobur, Analisis Teks Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 100.
      [5] (Online), http://blogilmukomunikasi.blogspot.co.id/2013/09/contoh-komunikasi-verbal-dan-nonverbal.html?=, Diakses Tanggal 02 Desember 2016.

0 komentar:

Posting Komentar