Selasa, 26 September 2017

Jenis-jenis Teori Komunikasi Massa

BY Unknown No comments

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Zaman terus berkembang dimana manusia semakin kritis dan perkembangan teknologi tidak bisa dan tidak boleh dihentikan. Informasi semakin mudah diciptakan dan didapatkan karena perkembangan media massa yang sedemikian pesat                   .
Sejak tahun 1964 komunikasi massa telah mencapai publik dunia secara langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini kita dimungkinkan untuk menyampaikan informasi (pesan) berupa data, gambar, maupun suara kepada jutaan manusia di seluruh dunia secara serentak. Perkembangan teknologi komunikasi/informasi yang bergerak cepat membawa kita menuju era masyarakat informasi, dimana hampir segala aspek kehidupan dipengaruhi oleh keberadaan media yang semakin jauh memasuki ruang kehidupan manusia.
Dengan ini penulis akan menjelaskan mengenai jenis-jenis teori komunikasi massa yang dimana hal itu sangat penting dalam sebuah pemahaman komunikasi massa

B.       Rumusan Masalah
1.        Apa teori pembelajaran sosial?
2.        Apa teori Difusi Inovasi?
3.        Apa teori kultivasi?

C.      Tujuan Penulisan Masalah
1.        Menjelaskan teori pembelajaran sosial?
2.        Menjelaskan teori Difusi Inovatif
3.        Apa teori kultivasi?


BAB II
PEMBAHSAN

A.      Teori Pembelajaran sosial
Teori belajar sosial terkenal dengan sebutan teori observational learning, ‘belajar observasional / dengan pengamatan’  itu (Presly & McCormick 1995 cit Syah 2005) adalah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata efleks otomatis dan stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.(Syah,2005).
Pembelajaran observasional memiliki relevansi kelas tertentu, karena anak-anak tidak melakukan apa yang orang dewasa suruh untuk mereka lakukan, melainkan apa yang mereka lihat orang dewasa lakukan.
1.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Observational Learning
Schunk (2004) mengemukakan ada enam faktor yang mempengaruhi observational learning, yaitu:
a.       Status Perkembangan
Peningkatan dan perkembangan, termasuk pemusatan perhatian yang lebih lama dan kapasitas untuk memproses informai yang semakin meningkat, menggunakan berbagai strategi, membandingkan kinerja dengan representasi ingatan, dan mengadopsi motivator-motivator intrinsik.
b.      Prestise dan Kompetensi Model
Pengamat memberi perhatian yang lebih besar pada model-model yang kompeten dan berstatus tinggi. Konsekuensi perilaku yang dijadikan model memberikan informasi tentang nilai fungsional. Pengamat berusaha mempelajari tindakan yang mereka yakini sebagai tindakan yang perlu mereka lakukan.
c.       Vicarious Consequences
Konsekuensi yang dialami model memberikan informasi tentang kesesuaian antara perilaku dan kemungkinan hasil tindakannya.
d.      Ekspektasi Hasil
mengamat lebih berkemungkinan untuk melakukan tindakan yang dimodelkan yang mereka yakini tepat dan akan menghasilkan sesuatu yang rewarding.  
e.       Menetapkan tujuan
Pengamatan akan cenderung memperhatikan model-model yang
memperlihatkan perilaku-perilaku yang membantu pengamat dalam mencapai tujuannya.
f.       Efikasi Diri
Pengamat memperhatikan model bila percaya bahwa dirinya mampu mempelajari tau melakukan perilaku yang dimodelkan. Observasi terhadap model yang mirip mempengaruhi efikasi diri.[1]

B.       Teori Difusi Inovasi
Teori ini difokuskan pada cara komunikasi, khususnya komunikasi massa, mempengaruhi orang untuk melaksanakan (mengadopsi) sesuatu yang baru atau berbeda. Difusi megacu pada menyebarnya informasi baru, inovasi, atau proses baru ke seluruh masyarakat. Sedangkan adopsi adalah mengacu pada reaksi positif orang terhadap inovasi dan pemanfaatannya.
Tiga tahap dalam proses adopsi yang diidentifikasi oleh William McEwen :
a.  Pada tahap akuisisi  informasi orang memperoleh dan memahami informasi tentang inovasi.
b. Pada tahap evaluasi informasi, orang mengevaluasi tentang informasi.
c.  Pada tahap adopsi atau penolakan orang mengadopsi (melaksanakan) / menolak informasi.
Dalam teori difusi inovasi, yang perlu mendapat perhatiaan adalah bahwa orang tidak memilih untuk mengadopsi atau menolak inovasi pada waktu bersamaan.  Ada lima tipe adopter dalam populasi yaitu:
a.       Innovator adalah mereka yang pertama-tama mengadopsi inovasi. Innovator ini belum tentu pencetus gagasan baru, tetapi merekalah yang memperkenalkan secara cukup luas.
b.      Adopter awal, (kadang-kadang dinamai pembawa pengaruh yang sering diperankan oleh pemimpin opini) melegitimasi gagasan dan membuatnya diterima oleh masyarakat pada umumnya.
c.       Mayoritas awal mengikuti pembawa pengaruh dan melegitimasi lebih jauh inovasi ini.
d.      Mayoritas akhir mengadopsi inovasi agak belakangan.
e.       Kelompok yang tertinggal (laggards), kelompok terakhir yang mengadopsi inovasi, mungkin mengikuti jejak orang-orang dari 3 kelompok terdahulu.
f.       kepala batu adalah kelompok yang tidak pernah mengadopsi inovasi.[2]
Contoh : Majalah remaja yang memuat tentang kebutuhan remaja misalnya alat pengganti kaca mata yang baru dan praktis ketika digunakan, yaitu Lensa kontak. Yang berfungsi sebagai pengganti kaca mata dan dapat memperindah mata serta menarik perhatian banyak orang untuk memperhatikan. Lensa kontak tersebut yang di iklankan melalui majalah remaja tentunya yang kiranya banyak peminat, membuat para remaja yang ingin eksis dan mengubah penampilannya menjadi lebih bagus lagi pasti tertarik dengan adanya lensa kontak tersebut. Maka dari itu banyak remaja yang segera membeli lensa kontak dan mencari informasinya melalui majalah remaja tersebut dan bahkan banyak remaja yang tidak mempertimbangkan harganya karena sudah terpengaruh oleh manfaat lensa kontak dari majalah tersebut.[3]

C.      Teori Kultivasi
Teori kultivasi ini diawal perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televise / audience, khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan ditelevisi. Akan tetapi dalam perkembangannya, teori tersebut dapat digunakan untuk kajian diluar tema kekerasan. Dapat dibedakan adanya perbedaan antara pandangan orang tua dengan dengan remaja tentang permasalahan. Media memengaruhi penonton dan masing-masing penonton itu meyakininya. Jadi, para pecandu televisi akan memiliki kecenderungan sikap yang sama satu sama lain. Penelitian kultivasi menekankan bahwa meida massa merupakan agen sosialisasi dan menyelidiki apakah penonton televise itu lebih mempercayai apa yang disajikan televise dari pada apa yang mereka lihat sesungguhnya.
Teori kultivasi menganggap bahwa televisi tidak hanya disebut sebagai jendela / refleksi kejadian sehari-hari disekitar kita, tetapi dunia itu sendiri. Gerbner berpendapat bahwa gambaran tentang adegan kekerasan ditelevisi lebih merupakan pesan simbolik tentang hukum atau aturan. Dengan kata lain, perilaku kekerasan yang diperlihatkan ditelevisi merupakan refleksi kejadian di sekitar kita. Efek kultivasi memberikan kesan bahwa televise mempunyai dampak yang sangat kuat pada diri individu.
Teori kultivasi menganggap bahwa penonton itu pasif. Teori kultivasi lebih memfokuskan pada kuantitas menonton televisi atau terpaan dan tidak menyediakan perbedaan yang mungkin muncul ketika penonton menginterpretasikan siaran-siaran televisi.[4]
Contoh : Seseorang yang dalam perannya di televisi ia dapat terbang tinggi, tetapi kenyataannya ia tidak dapat terbang karena tidak punya sayap. Tetapi dengan orang yang sudah tua pasti menganggapnya bisa terbang beneran, padahal itu menggunakan alat untuk bisa terbang. Tetapi dikarenakan seperti terbang beneran jadi banyak orang tua yang percaya akan bisa terbang dalam kenyataannya.[5]


























BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Teori belajar sosial terkenal dengan sebutan teori observational learning, ‘belajar observasional / dengan pengamatan’  itu (Presly & McCormick 1995 cit Syah 2005) adalah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.
Teori ini difokuskan pada cara komunikasi, khususnya komunikasi massa, mempengaruhi orang untuk melaksanakan (mengadopsi) sesuatu yang baru atau berbeda. Difusi megacu pada menyebarnya informasi baru, inovasi, atau proses baru ke seluruh masyarakat. Sedangkan adopsi adalah mengacu pada reaksi positif orang terhadap inovasi dan pemanfaatannya.
Teori kultivasi ini diawal perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televise / audience, khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan ditelevisi

B.       Saran
      Demikian makalah dari penulis, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik, namun tidak mustahil dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Saran dan Kritik tetap penulis harapkan. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi penulis dan pembaca dalam pengembangan ilmu pengetahuan.








DAFTAR PUTAKA

Muslikhah, Riana Teori Pembelajaran sosial (online) http://rianamuslikhah.blogspot.co.id/2015/02/teori-pembelajaran-sosial-observational.html. Diakses tanggal 4 Maret 2017
Winarni, 2003. Komunikasi Massa. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Ratrihenecia, teori-teori Komunikasi Massa (online) http://ratrihenecia.blogspot.co.id/2014/05/teori-teori-komunikasi-massa.html. Diakses tanggal 4 Maret 2017




[1]Riana Muslikhah, Teori Pembelajaran sosial (online) http://rianamuslikhah.blogspot.co.id/2015/02/teori-pembelajaran-sosial-observational.html. Diakses tanggal 4 Maret 2017
[2] Winarni, Komunikasi Massa (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press 2003), 90.
[3]Ratrihenecia, teori-teori Komunikasi Massa (online) http://ratrihenecia.blogspot.co.id/2014/05/teori-teori-komunikasi-massa.html. Diakses tanggal 4 Maret 2017
        [4] Winarni, Komunikasi Massa (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press 2003), 86.
[5]Ratrihenecia, teori-teori Komunikasi Massa (online) http://ratrihenecia.blogspot.co.id/2014/05/teori-teori-komunikasi-massa.html. Diakses tanggal 4 Maret 2017.

0 komentar:

Posting Komentar