BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Zaman
terus berkembang dimana manusia semakin kritis dan perkembangan teknologi tidak
bisa dan tidak boleh dihentikan. Informasi semakin mudah diciptakan dan
didapatkan karena perkembangan media massa yang sedemikian pesat .
Sejak tahun 1964 komunikasi massa telah mencapai publik dunia secara langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini kita dimungkinkan untuk menyampaikan informasi (pesan) berupa data, gambar, maupun suara kepada jutaan manusia di seluruh dunia secara serentak. Perkembangan teknologi komunikasi/informasi yang bergerak cepat membawa kita menuju era masyarakat informasi, dimana hampir segala aspek kehidupan dipengaruhi oleh keberadaan media yang semakin jauh memasuki ruang kehidupan manusia.
Sejak tahun 1964 komunikasi massa telah mencapai publik dunia secara langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini kita dimungkinkan untuk menyampaikan informasi (pesan) berupa data, gambar, maupun suara kepada jutaan manusia di seluruh dunia secara serentak. Perkembangan teknologi komunikasi/informasi yang bergerak cepat membawa kita menuju era masyarakat informasi, dimana hampir segala aspek kehidupan dipengaruhi oleh keberadaan media yang semakin jauh memasuki ruang kehidupan manusia.
Dengan ini penulis akan menjelaskan
mengenai jenis-jenis teori komunikasi massa yang dimana hal itu sangat penting
dalam sebuah pemahaman komunikasi massa
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
teori pembelajaran sosial?
2.
Apa
teori Difusi Inovasi?
3.
Apa
teori kultivasi?
C.
Tujuan
Penulisan Masalah
1.
Menjelaskan teori pembelajaran
sosial?
2.
Menjelaskan teori Difusi Inovatif
3.
Apa teori kultivasi?
BAB II
PEMBAHSAN
A.
Teori
Pembelajaran sosial
Teori belajar
sosial terkenal dengan sebutan teori observational learning, ‘belajar observasional
/ dengan pengamatan’ itu (Presly &
McCormick 1995 cit Syah 2005) adalah teori belajar yang relatif masih
baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Tokoh utama teori ini
adalah Albert Bandura. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata
efleks otomatis dan stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang
timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia
itu sendiri.(Syah,2005).
Pembelajaran
observasional memiliki relevansi kelas tertentu, karena anak-anak tidak
melakukan apa yang orang dewasa suruh untuk mereka lakukan, melainkan apa yang
mereka lihat orang dewasa lakukan.
1. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Observational Learning
Schunk (2004) mengemukakan ada enam faktor yang
mempengaruhi observational learning, yaitu:
a.
Status
Perkembangan
Peningkatan dan perkembangan, termasuk
pemusatan perhatian yang lebih lama dan kapasitas untuk memproses informai yang
semakin meningkat, menggunakan berbagai strategi, membandingkan kinerja dengan
representasi ingatan, dan mengadopsi motivator-motivator intrinsik.
b.
Prestise
dan Kompetensi Model
Pengamat memberi perhatian yang lebih besar
pada model-model yang kompeten dan berstatus tinggi. Konsekuensi perilaku yang
dijadikan model memberikan informasi tentang nilai fungsional. Pengamat
berusaha mempelajari tindakan yang mereka yakini sebagai tindakan yang perlu
mereka lakukan.
c.
Vicarious Consequences
Konsekuensi yang dialami model memberikan
informasi tentang kesesuaian antara perilaku dan kemungkinan hasil tindakannya.
d.
Ekspektasi
Hasil
mengamat lebih berkemungkinan untuk melakukan
tindakan yang dimodelkan yang mereka yakini tepat dan akan menghasilkan sesuatu
yang rewarding.
e.
Menetapkan
tujuan
Pengamatan akan cenderung memperhatikan
model-model yang
memperlihatkan perilaku-perilaku yang membantu
pengamat dalam mencapai tujuannya.
f.
Efikasi
Diri
Pengamat memperhatikan model bila percaya bahwa
dirinya mampu mempelajari tau melakukan perilaku yang dimodelkan. Observasi
terhadap model yang mirip mempengaruhi efikasi diri.[1]
B.
Teori Difusi
Inovasi
Teori ini difokuskan pada cara komunikasi, khususnya komunikasi
massa, mempengaruhi orang untuk melaksanakan (mengadopsi) sesuatu yang baru
atau berbeda. Difusi megacu pada menyebarnya informasi baru, inovasi, atau
proses baru ke seluruh masyarakat. Sedangkan adopsi adalah mengacu pada reaksi
positif orang terhadap inovasi dan pemanfaatannya.
Tiga tahap dalam proses adopsi yang
diidentifikasi oleh William McEwen :
a. Pada tahap akuisisi informasi orang memperoleh dan memahami
informasi tentang inovasi.
b. Pada tahap evaluasi
informasi, orang mengevaluasi tentang informasi.
c. Pada tahap adopsi atau
penolakan orang mengadopsi (melaksanakan) / menolak informasi.
Dalam teori difusi inovasi, yang
perlu mendapat perhatiaan adalah bahwa orang tidak memilih untuk mengadopsi
atau menolak inovasi pada waktu bersamaan.
Ada lima tipe adopter dalam populasi yaitu:
a.
Innovator adalah mereka yang
pertama-tama mengadopsi inovasi. Innovator ini belum tentu pencetus gagasan
baru, tetapi merekalah yang memperkenalkan secara cukup luas.
b.
Adopter awal, (kadang-kadang dinamai
pembawa pengaruh yang sering diperankan oleh pemimpin opini) melegitimasi
gagasan dan membuatnya diterima oleh masyarakat pada umumnya.
c.
Mayoritas awal mengikuti pembawa
pengaruh dan melegitimasi lebih jauh inovasi ini.
d.
Mayoritas akhir mengadopsi inovasi
agak belakangan.
e.
Kelompok yang tertinggal (laggards),
kelompok terakhir yang mengadopsi inovasi, mungkin mengikuti jejak orang-orang
dari 3 kelompok terdahulu.
f.
kepala batu adalah kelompok yang
tidak pernah mengadopsi inovasi.[2]
Contoh : Majalah remaja yang memuat
tentang kebutuhan remaja misalnya alat pengganti kaca mata yang baru dan
praktis ketika digunakan, yaitu Lensa kontak. Yang berfungsi sebagai pengganti
kaca mata dan dapat memperindah mata serta menarik perhatian banyak orang untuk
memperhatikan. Lensa kontak tersebut yang di iklankan melalui majalah remaja
tentunya yang kiranya banyak peminat, membuat para remaja yang ingin eksis dan
mengubah penampilannya menjadi lebih bagus lagi pasti tertarik dengan adanya
lensa kontak tersebut. Maka dari itu banyak remaja yang segera membeli lensa
kontak dan mencari informasinya melalui majalah remaja tersebut dan bahkan
banyak remaja yang tidak mempertimbangkan harganya karena sudah terpengaruh
oleh manfaat lensa kontak dari majalah tersebut.[3]
C.
Teori Kultivasi
Teori kultivasi ini diawal
perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televise / audience,
khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan ditelevisi. Akan tetapi dalam
perkembangannya, teori tersebut dapat digunakan untuk kajian diluar tema
kekerasan. Dapat dibedakan adanya perbedaan antara pandangan orang tua dengan
dengan remaja tentang permasalahan. Media memengaruhi penonton dan
masing-masing penonton itu meyakininya. Jadi, para pecandu televisi akan
memiliki kecenderungan sikap yang sama satu sama lain. Penelitian kultivasi
menekankan bahwa meida massa merupakan agen sosialisasi dan menyelidiki apakah
penonton televise itu lebih mempercayai apa yang disajikan televise dari pada
apa yang mereka lihat sesungguhnya.
Teori kultivasi menganggap bahwa
televisi tidak hanya disebut sebagai jendela / refleksi kejadian sehari-hari
disekitar kita, tetapi dunia itu sendiri. Gerbner berpendapat bahwa gambaran
tentang adegan kekerasan ditelevisi lebih merupakan pesan simbolik tentang
hukum atau aturan. Dengan kata lain, perilaku kekerasan yang diperlihatkan
ditelevisi merupakan refleksi kejadian di sekitar kita. Efek kultivasi
memberikan kesan bahwa televise mempunyai dampak yang sangat kuat pada diri
individu.
Teori kultivasi menganggap bahwa
penonton itu pasif. Teori kultivasi lebih memfokuskan pada kuantitas menonton
televisi atau terpaan dan tidak menyediakan perbedaan yang mungkin muncul
ketika penonton menginterpretasikan siaran-siaran televisi.[4]
Contoh : Seseorang yang dalam
perannya di televisi ia dapat terbang tinggi, tetapi kenyataannya ia tidak
dapat terbang karena tidak punya sayap. Tetapi dengan orang yang sudah tua
pasti menganggapnya bisa terbang beneran, padahal itu menggunakan alat untuk
bisa terbang. Tetapi dikarenakan seperti terbang beneran jadi banyak orang tua
yang percaya akan bisa terbang dalam kenyataannya.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori belajar
sosial terkenal dengan sebutan teori observational learning, ‘belajar
observasional / dengan pengamatan’ itu
(Presly & McCormick 1995 cit Syah 2005) adalah teori belajar yang
relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.
Teori ini difokuskan pada cara komunikasi, khususnya komunikasi
massa, mempengaruhi orang untuk melaksanakan (mengadopsi) sesuatu yang baru
atau berbeda. Difusi megacu pada menyebarnya informasi baru, inovasi, atau
proses baru ke seluruh masyarakat. Sedangkan adopsi adalah mengacu pada reaksi
positif orang terhadap inovasi dan pemanfaatannya.
Teori kultivasi
ini diawal perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televise /
audience, khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan ditelevisi
B.
Saran
Demikian makalah dari
penulis, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang
terbaik, namun tidak mustahil dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
kesalahan. Saran dan Kritik tetap penulis harapkan. Semoga makalah ini membawa
manfaat bagi penulis dan pembaca dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUTAKA
Muslikhah, Riana Teori
Pembelajaran sosial (online)
http://rianamuslikhah.blogspot.co.id/2015/02/teori-pembelajaran-sosial-observational.html.
Diakses tanggal 4 Maret 2017
Winarni, 2003. Komunikasi
Massa. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Ratrihenecia, teori-teori
Komunikasi Massa (online) http://ratrihenecia.blogspot.co.id/2014/05/teori-teori-komunikasi-massa.html. Diakses tanggal 4 Maret 2017
[1]Riana Muslikhah, Teori Pembelajaran sosial (online)
http://rianamuslikhah.blogspot.co.id/2015/02/teori-pembelajaran-sosial-observational.html.
Diakses tanggal 4 Maret 2017
[2] Winarni, Komunikasi
Massa (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press 2003), 90.
[3]Ratrihenecia, teori-teori Komunikasi Massa (online) http://ratrihenecia.blogspot.co.id/2014/05/teori-teori-komunikasi-massa.html. Diakses tanggal 4 Maret 2017
[5]Ratrihenecia, teori-teori Komunikasi Massa (online) http://ratrihenecia.blogspot.co.id/2014/05/teori-teori-komunikasi-massa.html. Diakses tanggal 4 Maret 2017.
0 komentar:
Posting Komentar