Sabtu, 15 April 2017

Teori Tindakan Sosial oleh Max Weber

BY Unknown No comments



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
       Dalam berinteraksi terhadap masyarakat tentunya kita pasti melakukan suatu tidakan-tindakan, baik interaksi kita secara mikro maupun makro baik secara personal kelompok maupun massa, kita pasti dihadapkan tentang tindakan-tindakan yang nantinya akan bersinggungan dengan masyarakat.
       Mungkin selama ini kita belum mengetahui apakah tindakan-tindakan kita bisa dijadikan bahan penelitian atau tidak, tapi nyatanya dulu sebelum kita lahir jauh pada abad pertengahan sudah ada seseorang yang meneliti tentang tindakan-tindakan manusia. Dia menenyatakan tindakan-tinadakan manusia atau masyarakat itu menjadi teori tindakan soaial.

B.  Rumusan Masalah
1.                                 Apa pengertian teori tindakan sosial menurut max weber?

C.  Tujuan Penulisan Makalah
1.                                             Mengetahui teori tindakan sosial menurut max weber











BAB II
PEMBAHASAN

A.  Teori Tindakan Sosial Max Weber
       Max  Weber   adalah   salah   satu  ahli  sosiologi  dan  sejarah  bangsa  Jerman, lahir di Erfurt, 21 April 1864 dan meninggal dunia di Munchen, 14 Juni 1920.
        Weber adalah  guru  besar  di  Freiburg  (1894-1897),  Heidelberg  (sejak  1897),  dan  Munchen (1919-1920).[1]
       Weber melihat sosiologi sebagai sebuah studi tentang tindakan sosial antara hubungan  sosial  dan  itulah  yang  dimaksudkan  dengan  pengertian  paradigma definisi  sosial  dan itulah  yang  di  maksudkan  dengan  pengertian  paradigma  definisi atau ilmu sosial itu.
       Tindakan   manusia   dianggap   sebagai   sebuah   bentuk   tindakan sosial  manakala  tindakan  itu ditujukan  pada  orang  lain.
       Pokok  persoalan  Weber  sebagai  pengemuka  exemplar  dari  paradigma  ini mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial.
       dua hal  itulah  yang  menurutnya  menjadi  pokok  persoalan  sosiologi.  Inti  tesis  adalah “tindakan  yang  penuh  arti”  dari  individu.
        Yang  dimaksudnya  dengan  tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau   arti  subjektif  bagi  dirinya  dan  diarahkan  kepada  tindakan  orang  lain.
       Sebaliknya tindakan invidu yang diarahkan kepada benda mati atau objek fisik semata tanpa di hubungkannya dengan tindakan orang lain bukan merupakan tindakan sosial.
       Max  Weber  mengatakan,  individu  manusia  dalam  masyarakat  merupakan aktor  yang  kreatif  dan  realitas  sosial  bukan  merupakan  alat  yang  statis  dari pada paksaan  fakta  sosial.  Artinya  tindakan  manusia  tidak  sepenuhnya  ditentukan  oleh norma, kebiasaan, nilai, dan sebagainya yang tercakup di dalam konsep fakta sosial.
       Walaupun pada akhirnya Weber mengakui bahwa dalam masyarakat terdapat struktur sosial  dan  pranata  sosial.  Dikatakan  bahwa  struktur  sosial  dan  pranata  sosial merupakan dua konsep yang saling berkaitan dalam membentuk tindakan sosial.[2]
       Max  Weber  mendefinisikan  sosiologi  sebagai  ilmu  tentang  institusi  sosial. sosiologi  Weber  adalah  ilmu  tentang  perilaku  sosial.  Menurutnya  terjadi  suatu pergeseran  tekanan  ke  arah  keyakinan,  motivasi,  dan  tujuan  pada  diri  anggota masyarakat,  yang  semuanya  memberi  isi  dan  bentuk  kepada  kelakuannya.
        Kata perikelakuan  dipakai  oleh  Weber  untuk  perbuatan-perbuatan  yang  bagi  si  pelaku mempunyai  arti  subyektif.  Pelaku  hendak  mencapai  suatu  tujuan  atau  ia  didorong oleh  motivasi.
         Perikelakuan  menjadi  sosial  menurut  Weber  terjadi  hanya  kalau  dan sejauh  mana arti  maksud  subyektif  dari  tingkahlaku  membuat  individu  memikirkan dan menunjukan suatu keseragaman yang kurang lebih tetap.

       Max  Weber  dalam  memperkenalkan  konsep  pendekatan  verstehen  untuk memahami makna tindakan  seseorang, berasumsi bahwa seseorang dalam bertindak tidak hanya sekedar melaksanakannya tetapi juga menempatkan diri dalam lingkungan berfikir dan perilaku orang lain. Konsep  pendekatan ini lebih mengarah pada suatu tindakan bermotif pada tujuan yang hendak dicapai atau in order to motive.[3]
       interaksi sosial merupakan perilaku yang bisa dikategorikan sebagai tindakan sosial. Dimana tindakan sosial merupakan proses  aktor terlibat dalam  pengambilan-pengambilan  keputusan  subjektif  tentang  sarana  dan  cara  untuk  mencapai  tujuan tertentu yang telah dipilih, tindakan tersebut mengenai semua jenis perilaku manusia, yang di tujukan kepada perilaku orang lain, yang telah lewat, yang sekarang dan yang diharapkan diwaktu yang akan datang.
      tindakan sosial (social action) adalah tindakan yang  memiliki  makna  subjektif  (a  subjective  meaning) bagi  dan  dari  aktor pelakunya.
       Tindakan sosial seluruh perilaku manusia yang memiliki arti subjektif dari yang  melakukannya.  Baik  yang  terbuka  maupun  yang  tertutup,  yang  diutarakan secara  lahir  maupun  diam-diam,  yang  oleh  pelakunya  diarahkan  pada  tujuannya.
       Sehingga tindakan sosial itu bukanlah perilaku yang kebetulan tetapi yang memiliki pola dan struktur tertentudan makna tertentu.
      Weber secara khusus mengklasifikasikan  tindakan sosial yang memiliki arti subjektif  tersebut  kedalam  empat  tipe. Atas  dasar  rasionalitas  tindakan sosial, Weber  membedakan  tindakan  sosial  manusia  ke  dalam  empat  tipe,  semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah dipahami:[4]

1. Tindakan Rasionalitas Instrumental (Zwerk Rational)
       Tindakan  ini  merupakan  suatu  tindakan  sosial  yang  dilakukan  seseorang didasarkan  atas  pertimbangan  dan  pilihan  sadar  yang  berhubungan  dengan  tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Contohnya : Seorang  siswa  yang  sering terlambat dikarenakan tidak memiliki alat transportasi, akhirnya  ia  membeli  sepeda  motor  agar  ia  datang  kesekolah  lebih  awal  dan  tidak terlambat.
        Tindakan  ini  telah  dipertimbangkan  dengan  matang  agar  ia  mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai   dan   menentukan   tujuan   itu dan bisa saja  tindakan  itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai   tujuan  lain.
2. Tindakan Rasional Nilai (Werk Rational)
       Sedangkan  tindakan  rasional  nilai  memiliki  sifat  bahwa  alat-alat  yang  ada hanya  merupakan  pertimbangan  dan  perhitungan  yang  sadar,  sementara  tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut.
        Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki.
3. Tindakan  Afektif (Affectual Action)
       Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu.
       Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua  remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk asmara.
       Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari  luar yang bersifat otomatis sehingga bias berarti
4. Tindakan  Tradisional (Traditional Action) 
       Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan  yang  diperoleh  dari  nenek  moyang,  tanpa  refleksi  yang  sadar  atau perencanaan.
       Kedua  tipe  tindakan  yang  terakhir  sering  hanya  menggunakan  tanggapan secara  otomatis  terhadap  rangsangan  dari  luar. 
        Karena  itu  tidak  termasuk  kedalam jenis  tindakan  yang  penuh  arti  yang  menjadi  sasaran  penelitian  sosiologi. Namun demikian  pada  waktu  tertentu  kedua  tipe  tindakan  tersebut  dapat  berubah  menjadi tindakan yang penuh arti sehingga dapat dipertanggungjawabkan untuk dipahami.
       Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu   tindakan   individu sepanjang tindakan  itu mempunyai makna atau arti subjektif  bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati tidak masuk  dalam  kategori  tindakan  sosial,  suatu  tindakan  akan  dikatakan  sebagai tindakan  sosial  ketika  tindakan  tersebut  benar-benar  diarahkan  kepada  orang  lain (individu liannya).
       Meski tak jarang tindakan sosial dapat berupa tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu.  
       Bahkan  terkadang  tindakan  dapat  berulang  kembali   dengan  sengaja  sebagai  akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa  persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.[5]
       Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial itu Weber mengemukakan (lima) ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yaitu:[6]
1)         Jika   tindakan manusia   itu menurut  aktornya  mengandung  makna subjektif  dan hal  ini bisa meliputi berbagai  tindakan nyata.
2)        Tindakan nyata  itu bisa bersifat membatin  sepenuhnya. 
3)        Tindakan   itu   bisa   berasal   dari   akibat   pengaruh   positif   atas   suatu   situasi, tindakan  yang  sengaja  diulang,  atau   tindakan  dalam  bentuk  persetujuan  secara diam-diam dari pihak mana  pun.
4)        Tindakan  itu  diarahkan  kepada  seseorang  atau  kepada  beberapa  individu.
5)        Tindakan   itu  memperhatikan   tindakan  orang   lain  dan   terarah   kepada  orang lain  itu.
       Selain dari pada ciri-ciri tersebut diatas tindakan sosial masih mempunyai ciri ciri  lain.  Tindakan  sosial  dapat  pula  dibedakan  dari  sudut  waktu  sehingga  ada tindakan  yang  diarahkan  pada  waktu  sekarang,  waktu  lalu,  atau  waktu  yang  akan datang.
       Di lihat dari segi sasaranya, maka “ pihak sana” yang menjadi sasaran tindakan sosial  si  aktor  dapat  berupa  seorang  individu  atau  sekelompok  orang.  Dengan membatasi suatu perbuatan sebagai suatu tindakan sosial, maka perbuatan-perbuatan lainnya tidak termasuk kedalam   obyek penyelidikan sosiologi.

        Tindakan nyata tidak termasuk tindakan sosial kalu secara khusus diarahkan kepada obyek mati. Karena itu pula Weber mengeluarkan beberapa jenis interaksi sosial dari teori aksinya.
      Beberapa asumsi fundamental teori aksi (Action Theory) antara lain.[7]
1.Tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.
2. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
3. Dalam  bertindak manusia  menggunakan  cara  teknik  prosedur,  metode  serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Kelangsungan  tindakan manusia  hanya  di  batasi  oleh  kondisi  yang  tak  dapat  di ubah dengan sendirinya.
5. Manusia  memilih,  menilai,  dan  mengevaluasi  terhadap  tindakan  yang  sedang terjadi dan yang akan dilakukan.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul
7. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik penemuanyang bersifat subyektif.
      Pelaku individual mengarahkan kelakuannya kepada penetapan atau harapan-harapan tertentu yang berupa kebiasaan umum atau dituntut dengan tegas atau bahkan dibekukan  dengan  undang-undang.



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
       Menurut  Weber,  tidak  semua  tindakan  yang dilakukan  merupakan  tindakan  sosial.  Tindakan  sosial  adalah  tindakan  yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada orang lain.  Contohnya  adalah  seseorang  yang  bernyanyi -nyanyi  kecil  untuk  menghibur dirinya  sendiri  bukan  merupakan  tindakan  sosial.  Namun  jika  tujuannya  untuk menarik perhatian orang lain, maka itu merupakan tindakan sosial.
       Contoh lain adalah orang  yang  dimotivasi  untuk  membalas  atas  suatu  penghinaan  di  masa  lampau,mengorientasikan tindakannya kepada orang lain,Itu perilaku sosial.
       Menurut Weber perilaku  sosial juga berakar dalam kesadaran individual dan bertolak  dari  situ.  Tingkah  laku  individu  merupakan  kesatuan  analisis  sosiologis, bukan keluarga, negara, partai, dll. Weber berpendapat bahwa studi kehidu pan sosial yang  mempelajari  pranata  dan  struktur  sosial  dari  luar  saja,  seakan-akan  tidak  ada inside-story,  dan  karena  itu  mengesampingkan  pengarahan  diri  oleh  individu,  tidak menjangkau  unsur  utama  dan  pokok  dari  kehidupan  sosial  itu.  Sosiologi  sendiri haruslah  berusaha  menjelaskan  dan  menerangkan  kelakuan  manusia  dengan menyelami dan memahami seluruh arti sistem subyektif.




B.  Saran
       Kita sebagai mahasiswa memang dianjurkan untuk mempelajari teori-teori yang sudah ada dicetuskan oleh para ilmuan baik ilmuan muslim maupun nonmuslim sebab dalam konteks pengetahuan tidak membedakan akan hal tersebut,terkait setuju atau tidak itu urusan nanti yang jelas sebagai mahasiswa harus berfikir subjektif akan pengetahuan.
       Karena mungkin ketidak setujuan kita akan suatu teori mungkin karena background kita adalah seorang santri yang memegang teguh ajaran islam yang berasas ahlussunnah wal jamaah.














DAFTAR PUSTAKA
      Ritzer George, 2001, .Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, (Jakarta: PT Rajawali Press).
      Siahan M Hotman, 1989, Sejarah dan Teori Sosiologi, (Jakarta: Erlangga).
      Wirawan I.B.Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup).







[1] Hotman M. Siahan. Sejarah dan Teori Sosiologi.(Jakarta: Erlangga,1989),90. 
[2] I.B Wirawan.Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma.(Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup),79.
[3] Ibid.83
[4] George Ritzer.Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda.(Jakarta: PT Rajawali Press.2001),126.
[5] Ibid,127-128.
[6] Ibid.132
[7] Ibid 140

0 komentar:

Posting Komentar