Senin, 20 Maret 2017

Rangkuman Struktur Sosial dan Interaksi Simbolik

BY Unknown No comments



STRUKTUR SOSIAL
A.    Definisi Struktur Sosial
      Struktur sosial berasal dari bahasa latin “structum” yang berarti “menyusun”, membangun untuk sebuah gedung, dan lebih umum dipakai istilah “konstruksi” yang berarti “kerangka”. Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal.
Para ahli sosiologi merumuskan definisi struktur sosial sebagai berikut:
1.      George Simmel: Struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola   perilakunya.
2.      George C. Homans: Struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
3.      William Kornblum: Struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku undividu.
4.      Soerjono Soekanto: Struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan peranan-peranan sosial.
5.      Raymond Firth: Suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga di mana orang banyak tersebut ambil bagian.
6.      E. R Lanch: Cita-cita tentang distribusi kekuasaan di antara individu dan kelompok sosial. Jadi struktur sosial merupakan tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat, yang didalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial yang mengacu pada suatu keteraturan perilaku di dalam masyarakat.




B.     Analogi Struktur Sosial
1.      Apabila masyarakat sebuah bangunan, maka struktur sosial masyarakat tersebut adalah kerangka sebuah bangunan yang terdiri dari kayu, besi, dan komponen-komponen bangunan lainnya.
2.      Apabila masyarakat keluarga, maka struktur sosial identik dengan kedudukan, peran, dan pola interaksi antar anggota keluarga.
C.    Ciri-Ciri Struktur Sosial
1.      Bersifat Abstrak
Struktur sosial bersifat abstrak artinya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba. Struktur sosial merupakan hirarki kedudukan dari tingkatan yang tertinggi sampai tingkatan yang terendah, berfungsi sebagai saluran kekuasaan dan pengaturan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh. Misalnya dalam sebuah negara terdapat sturktur organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, struktur politik, dan sturktur sosial budaya. Apabila unsur-unsur tersebut digabungkan maka akan membentuk satu kesatuan bangunan abstrak suatu masyarakat.
2.      Terdapat Dimensi Vertikal dan Horizontal
Struktur sosial pada dimensi vertikal adalah hierarki status-status sosial dengan segala peranannya sehingga menjadi satu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari struktur status yang tertinggi hingga struktur status yang terandah. Contohnya sturktur pemerintahan desa dimana ada lurah, carik, kapala dusun dan lain sebagainya.
Sedangkan pada sturktur sosial dimensi horizontal, seluruh masyarakat berdasarkan karakteristiknya terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok sosial yang memiliki karakteristik sama seperti suku bangsa, ras, agama, serta gender.
3.      Sebagai Landasan Sebuah Proses Sosial Suatu Masyarakat
Proses sosial yang terjadi dalam suatu struktur sosial termasuk cepat lambatnya proses itu sendiri sangat dipengaruhi oleh bagaimana struktur sosialnya. Contohnya pada masyarakat yang memiliki bentuk struktur sosial yang kaku, maka proses sosial akan sulit dilakukan seperti pada masyarakat terpencil.
4.      Merupakan Bagian dari Sistem Pengaturan Tata Kelakuan dan Pola Hubungan Masyarakat. Sturktur sosial yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai bentuk hubungan antarindividu didalam masyarakat tersebut.
5.      Struktur Sosial Selalu Berkembang dan Dapat Berubah
Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat.

D.    Tiga Bentuk Masyarakat Berdasarkan Ciri-Ciri Struktur Sosial
Menurut Selo Soemardjan terdapat tiga bentuk masyarakat yaitu, antara lain:
1.      Masyarakat Sederhana
a.       Ikatan keluarga dan masyarakatnya sangat kuat
b.      Organisasi sosial berdasarkan tradisi turun temurun
c.       Memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan gaib
d.      Tidak memiliki lembaga-lembaga khusus seperti lembaga pendidikan
e.       Hukum yang berlaku tidak tertulis
f.       Sebagaian besar produksi hanya untuk keperluan sendiri atau untuk pasaran dalam skala kecil
g.      Kegiatan ekonomi dan sosial dilakukan dengan gotong royong
2.      Masyarakat Madya
a.       Ikatan keluargaa masih kuat, tetapi hubungan dengan masyarakat setempat sudah mengandor
b.      Adat istiadat masih dihormati, tetapi mulai terbuka dengan pengaruh dari dunia luar
c.       Timbulnya rasionalitas dalam cara berpikir
d.      Timbulnya lembaga-lembaga pendidikan formal sampai tingkat lanjutan
e.       Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis
f.       Memberi kesempatan pada produksi pasar sehingga muncul diferensiasi dalam struktur masyarakat
g.      Gotong royong hanya untuk keperluan di kalangan tetangga dan kerabat sedangkan kegiatan ekonomi dilakukan atas dasar uang
3.      Masyarakat Modern
a.       Hubungan sosial didasarkan atas kepentingan pribadi
b.      Hubungan dengan masyarakat lainnya sudah terbuka dan saling mempengaruhi
c.       Kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sangat kuat
d.      Terdapat stratifikasi sosial atas dasar keahlian
e.       Tingkat pendidikan formal tinggi
f.       Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis
g.      Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.

4.      Unsur-Unsur Struktur Sosial
a.       Kelompok sosial
b.      Kebudayaan
c.       Lembaga Sosial atau Stratifikasi Sosial
d.      Kekuasaan dan Wewenang
      Oleh sebab itu, struktur sosial sesungguhnya merupakan alat bagi masyarakat untuk menyelenggarakan tata kehidupannya sehingga struktur sosial tersebut memiliki fungsi.
5.      Fungsi Struktur Sosial
a.       Sebagai dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial
b.      Sebagai pengawas sosial
c.       Struktur sosial merupakan karakteristik yang khas yang dimiliki suatu masyarakat sehingga dapat memberikan warna yang berbeda dari masyarakat yang lain

INTERAKSI SIMBOLIK
      Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan nama interaksionist prespektive. Di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionosme simbolik (symbolic interactionism).
      Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. Dari kata interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan ini ialah interaksi sosial; kata simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi.
      Dalam hemat penulis, teori tersebut juga mengajak kita untuk lebih memperdalam sebuah kajian mengenai pemaknaan interaksi yang digunakan dalam mayarakat mulitietnik. Dalam menggunakan pendekatan teori interaksionisme simbolik sudah nampak jelas bahwa pendekatan ini merupakan suatu teropong ilmiah untuk melihat sebuah interaksi dalam masyarakat multietnik yang banyak menggunakan simbol-simbol dalam proses interaksi dalam masyarakat tersebut.
      Pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga; yang pertama ialah bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna yang dipunyai sesuatu baginya. Dengan demikian tindakan (act) seorang penganut agama Hindu di India terhadap seekor sapi (thing) akan berbeda dengan tindakan.
      Lebih dalam lagi sebuah kajian mengenai pokok pemikiran teori interaksionisme simbolik, membuat kita memahami bahwa dalam sebuah tindakan mempunyai makna yang berbeda dengan orang yang lain yang juga memaknai sebuah makna dalam tindakan interaksi tersebut, seperti yang dijelaskan pada proses pemaknaan penganut Agama Hindu di India dan penganut Agama Islam di Pakistan terhadap seekor sapi. Ini menandakan bahwa ada banyak makna yang terkandung dalam sebuah tindakan (act).
      Interaksionis simbolik telah diperhalus untuk dijadikan salah satu pendekatan sosiologis oleh Herbert Blumer dan George Herbert Mead, yang berpandangan bahwa manusia adalah individu yang berpikir, berperasaan, memberikan pengertian pada setiap keadaan, yang melahirkan reaksi dan interpretasi kepada setiap rangsangan yang dihadapi. Kejadian tersebut dilakukan melalui interpretasi simbol-simbol atau komunikasi bermakna yang dilakukan melalui gerak, bahasa, rasa simpati, empati, dan melahirkan tingkah laku lainnya yang menunjukan reaksi atau respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang kepada dirinya.
      Dalam hemat penulis, pendekatan interaksionisme simbolik merupakan salah suatu pendekatan yang mengarah kepada interaksi yang menggunakan simbol-simbol dalam berkomunikasi, baik itu melalui gerak, bahasa dan simpati, sehingga akan muncul suatu respon terhadap rangsangan yang datang dan dalam pendekatan interaksionisme simbolik akan lebih diperjelas melalui ulasan-ulasan yang lebih spesifik mengenai makna simbol yang akan dibahas di bawah ini.
     Dalam melakukan suatu interaksi, maka gerak, bahasa, dan rasa simpati sangat menentukan, apalagi berinteraksi dalam masyarakat yang berbeda suku dan kebudayaan. Modal utama dalam melakukan interaksi dalam masyarakat multi etnik adalah saling memahami kebiasaan ataupun kebudayaan dari orang lain, sehingga kesalah pahaman yang nantinya akan menimbulkan konflik dapat tertekan.
      Sejarah Teori Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Herbert Mead (1863-1931). Mead membuat pemikiran orisinal yaitu “The Theoretical Perspective” yang merupakan cikal bakal “Teori Interaksi Simbolik”. Dikarenakan Mead tinggal di Chicago selama lebih kurang 37 tahun, maka perspektifnya seringkali disebut sebagai Mahzab Chicago.
      Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting.
      Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.
      Sesuai dengan pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik adalah:
1.         Mind (pikiran),  kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.
2.         Self (diri pribadi), kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.
3.         Society (masyarakat), hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.
      Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain:
1.         Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut : Manusia, bertindak, terhadap, manusia, lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, Makna dimodifikasi melalui proses interpretif .
2.         Pentingnya konsep mengenai diri (self concept)
Tema ini berfokus pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya dengan cara antara lain : Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui nteraksi dengan orang lain, Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku Mead seringkali menyatakan hal ini sebagai ”The particular kind of role thinking, imagining how we look to another person” or ”ability to see ourselves in the reflection of another glass”.
3.         Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Tema ini berfokus pada dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah : Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

0 komentar:

Posting Komentar