Sabtu, 15 April 2017

Kendala Marcom

BY Unknown No comments


KATA PENGANTAR

      Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu merampungkan salah satu tugas yang berbentuk makalah sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh mata kuliah Komunikasi Pemasaran pada minggu ini.
      Makalah ini bertujuan untuk menguji mendeskripisikan tentang Kendala Marcom. Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari sumbangsih para orang-orang terdekat penulis, karena itu dengan tulus penulis sampaikan banyak terima kasih kepada:
1.    Dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Pemasaran IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang telah membimbing kami dalam menjelaskan gambaran tentang materi makalah yang kami tulis.
2.    Para pegawai perpustakaan IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang telah memberikan kami kesempatan untuk berkunjung dan meminjam buku di perpustakaan sebagai daftar buku rujukan.
3.    Teman-teman program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah membantu kami dalam menjalankan kegiatan diskusi tentang makalah ini.
      Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Hal itu dikarenakan kelemahan dan keterbatasan kemampuan penulis semata. Saran dan kritik yang konstruktif tetap kami harapkan dari peserta diskusi yang budiman. Akhirnya semoga makalah ini membawa manfaat tidak hanya bagi penulis, namun juga bagi pengembangan ilmu pengetahuan.


Kranji, 11 April 2017


Pemakalah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................     i
DAFTAR ISI........................................................................................................     ii
BAB I: PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang………….……………………..……………….........….    1
B.  Rumusan Masalah………….………………...…….........……………....    1
C.  Tujuan Penulisan Makalah…………......…………….…........................     1
BAB II: PEMBAHASAN
A.  Persoalan Etis………...………….…..............................…………...…..    2
B.  Lingkungan...............................................................................................    6
C.  Peraturan..................................…………….…...........................….    11
BAB III: PENUTUP
A.  Kesimpulan………...………………………………………...................     12
B.  Saran…...…………..……………………………………………...........     13
DAFTAR PUSTAKA…......................................................................................    14
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
      Komunikasi merupakan salah satu kunci utama dalam dunia marketing. Segala macam produk maupun jasa dapat diterima pasar apabila kita menginformasikannya dengan komunikasi yang baik dan menarik. Inilah yang membuat komunikasi pemasaran sangat dibutuhkan untuk menarik perhatian konsumen, meningkatkan minat dan meyakinkan konsumen agar segera mengambil keputusan dan mencari informasi lebih lanjut tentang produk serta jasa yang Anda tawarkan.
      Namun sayangnya sampai hari ini tidak semua pelaku bisnis dapat mengkomunikasikan produk mereka dengan baik dan menarik.
rik. Sehingga masih banyak pelaku ukm maupun badan usaha lainnya yang mengalami faktor kendala kegagalan dalam memasarkan produk atau jasanya.
      Perubahan lingkungan senantiasa terjadi terus menerus dalam proses perkembangan suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan dan tata ekonominya. Dengan berkembangnya pembangunan terjadi banyak perubahan baik perubahan fisik maupun non fisik. Perubahan non fisik ditandai dengan berubahnya pola kehidupan, pola pikir, selera, keinginan dan kebutuhan konsumen.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja Persoalan Etis dalam komunikasi pemasaran?
2.      Apa saja faktor Lingkungan dalam komunikasi pemasaran?
3.      Apa saja Peraturan dalam komunikasi pemasaran?
C.    Tujuan Penulisan Makalah
1.      Mengetahui tentang Persoalan Etis dalam komunikasi pemasaran
2.      Mengetahui tentang faktor Lingkungan dalam komunikasi pemasaran
3.      Mengetahui tentang Peraturan dalam komunikasi pemasaran





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Persoalan Etis
      Para pengiklan, promotor penjualan, desainer kemasan, sales personal, telemarketer, perwakilan humas, dan desainer point-of-purchase secara regular membuat keputusan yang memberikan implikasi etis. Etika dalam konteks komunikasi pemasaran adalah masalah benar atau salah, atau tindakan moral yang berkenaan dengan setiap aspek komunikasi pemasaran. Relatif mudah untuk mendefinisikan etika, namun sulit untuk mengidentifikasi apa yang etis atau tidak etis dalam komunikasi pemasaran.
      Sebenarnya, di seluruh bidang pemasaran kurang tercipata konsesus. Akan tetapi kita dapat mengidentifikasi praktik komunikasi pemasaran yang secara khusus bersinggungan dengan masalah etika. Bagian berikut ini memaparkan, dalam urutan, masalah-masalah etika dalam: 1) usaha penentuan target komunikasi pemasaran 2) periklanan 3) hubungan masyarakat 4) penjualan pribadi dan telemarketing 5) komunikasi kemasan (packaging communication) dan 6) promosi penjualan.
1.      Etika dalan Targeting
      Targeting adalah usaha memasarkan produk khusus dan melakukan komunikasi pemasaran yang diarahkan pada segmen tertentu. Dalam targeting terkadang sering muncul dilema etika dalam usaha untuk mengkomunikasikan produk kepada segmen. Misalnya pada anak-anak dan kaum minoritas.
      Dilema etika kadangkala muncul pada saat usaha memasarkan produk khusus dan melakukan komunikasi pemasaran yang diarahkan kepada segmen tertentu. Yang khusus mengundang perdebatan etika adalah praktik mengenai targeting dan usaha komunikasi kepada segmen yang dengan alasan psikososial dan ekonomis rentang terhadap komunikasi pemasaran, seperti anak-anak dan kaum minoritas.
      Targeting kepada anak-anak, program iklan dan pemasaran cenderung terus mendorong anak-anak menginginkan berbagai produk dan merek. Para kritikus kerap merasa bahwa banyak produk yang ditargetkan untuk anak-anak adalah produk yang tidak penting.
a.       Targetting Kepada Kelompok Anak-anak
 Para kritikus seringkali merasa bahwa banyak produk yang ditargetkan untuk anak-anak adalah produk yang tidak penting dan cara pengkomunikasiannya bersifat eksploitatif. Contoh kasus: iklan Gatorade untuk anak-anak (klaim yang dibuat adalah “alternatif sehat untuk anak yang sedang kehausan). Para ahli gizi dan kritikus menganggap bahwa iklan tersebut tidak penting bagi anak dan tidak lebih baik dari air putih.
b.      Targetting Kepada Kelompok Minoritas
Pembuat produk alkohol dan rokok secara teratur menggunakan billboard dan media iklan lainnya untuk menargetkan merek kepada orang-orang berkulit hitam (African American) dan Amerika Latin (Hispanic). Ada dua kasus terkenal yang mengilustrasikan adanya kekhawatiran mengenai hal tersebut. Kehebohan tingkat nasional timbul ketika R.J Reynolds (RJR) sedang mempersiapkan peluncuran Uptown, sebuah merek rokok mentol yang ditujukan untuk orang African American dan berencana melakukan uji pasar di Philadelphia di mana orang African-American merupakan 40% dari seluruh populasi dan 50% lebih banyak menderita kanker paru-paru.
Kasus kedua adalah perusahaan Heileman Brewing Co., karena memperkenalkan merek PowerMaster produk malt liquor dengan kadar alkohol tinggi (4,5 dan 5,9 persen) dan pendukung industri minuman beralkohol mengklaim bahwa Power Master dan produk malt liquor hanya ingin memenuhi permintaan orang-orang African-American dan Hispanic yang merupakan pembeli mayoritas. Bureau of Alcohol, Tobacco, and Firearms (ATF), memutuskan bahwa nama PowerMaster telah mempromosikan kandungan alkohol dalam merek tersebut yang merupakan pelanggaran atas regulasi federal.
c.       Masalah Lain dalam Targetting
Kontroversi mengenai targeting tidak dibatasi kepada anak-anak dan kaum minoritas saja. Perusahaan rokok R.J. Reynold sekali lagi dikritik secara luas ketika mempersiapkan peluncuran merek rokok Dakota kepada kalangan wanita muda dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Area lain yang rawan kritik adalah praktik perusahaan minuman beralkohol yang mempromosikan merek mereka kepada para mahasiswa selama liburan musim semi di pantai-pantai. Namun, baru-baru ini Distilled Spirits Council of the United States pada tahun 1996 mencabut pelarang sukarela atas iklan minuman  keras di televisi dan radio.
2.      Masalah Etika dalam Periklanan
      Iklan dianggap para praktisi amat bertanggung jawab terhadap segala kejadian baik di dalam hidup dan dikritik oleh lawan mereka sebagai penyebab sebagian besar hal yang buruk. Sebagai suara teknologi, periklanan diasosiasikan dengan berbagai ketidakpuasan di tingkat industri. Sebagai suara dari kebudayaan massal, iklan mengandung kritikan para intelektual. Dan sebagai penjelmaan yang paling terlihat dari kapitalisme, ia telah mnyediakan tidak kurang dari sebuah kekuatan bagi kritik sosial.
a.       Iklan Dianggap tidak Jujur dan Menipu
Beberapa iklan menipu konsumen, eksistensi regulasi pemerintah dan self-regulation dari industri sendiri menunjukkan fakta ini. Namun adalah hal yang naïf jika mengasumsikan bahwa sebagian besar iklan bersifat menipu. Industri periklanan tidak jauh berbeda dengan institusi lain di masyarakat yang pluralistik. Berbohong, menipu, dan bentuk kecurangan lainnya adalah sesuatu yang universal, terjadi di tingkat tertinggi dalam pemerintah serta dalam hubungan antarmanusia yang paling dasar.
b.      Iklan Bersifat Manipulatif
Kritik mengenai manipulasi menunjukkan bahwa iklan mempunyai kekuatan memengaruhi orang untuk berperilaku tidak umum, atau melakukan sesuatu yang tidak akan mereka lakukan jika tidak ditunjukkan oleh iklan. Secara umum, tuduhan bahwa iklan bersifat manipulatif adalah tanpa alasan. Tidak dapat disangkal bahwa iklan mencoba membujuk konsumen untuk membeli produk dan merek tertentu. Namun, manipulasi dan persuasi bukanlah hal yang sama. Persuasi adalah bentuk yang sah legitimate dari interaksi antarmanusia yang dilakukan oleh semua individu dan institusi.
c.       Iklan Bersifat Ofensif dan Berselera Buruk
Tidak dapat disangkal bahwa banyak iklan yang menjijikkan dan bersifat ofensif. Namun, hal serupa dapat berlaku dalam semua bentuk presentasi media massa. Para kritikus iklan menganggap banyak iklan menghina intelegensia manusia, vulgar, dan secara umum menyerang selera banyak konsumen. Beberapa alasan yang menjadi dasar dari kritik tersebut adalah seperti iklan dengan ide-ide yang bodoh, tema seks dalam bentuk eksplisit maupun implisit, iklan-iklan televisi yang mengiklankan produk-produk yang kurang menyenangkan, dan penggunaan iklan yang repetitif dari iklan yang sama.
d.      Iklan Menciptakan dan Mempertahankan Stereotipe
Iklan cenderung menggambarkan kelompok tertentu dengan cara yang amat sempit dan mudah ditebak; African-Amercina dan kelompok minoritas lainnya selalu digambarkan secara tidak seimbang sebagai kelas pekerja dibandingkan berbagai posisi yang sebenarnya mereka tempati; wanita terlalu distreotipkan sebagai ibu rumah tangga atau objek seksual, dan warga negara senior (manula) kadangkala pernah dan masih digambarkan sebagai manusia yang lemah dan pelupa.


e.       Orang-orang Membeli Barang yang Tidak Begitu Diperlukan
Iklan menyebabkan orang-orang membeli produk atau jasa yang tidak mereka butuhkan. Kritik ini merupakan penilaian yang amat berat. Iklan sebagian besar memengaruhi selera konsumen dan mendorong orang untuk melakukan pembelian, sesuatu yang mungkin tadinya tak akan mereka lakukan.
f.       Iklan Memanfaatkan Rasa Takut dan Ketidakamanan
Beberapa iklan dapat memperlihatkan konsekuensi negatif dari keputusan tidak membeli suatu produk. Beberapa pengiklan harus mengaku bersalah atas tuduhan ini. Namun, yang harus diingat bahwa iklan tidak memonopoli cara tersebut. Iklan juga merefleksikan masyarakat dan suatu bentuk tuduhan terhadap iklan mungkin juga berlaku untuk masyarakat secara keseluruhan.
3.      Masalah Etika dalam Hubungan Masyarakat
      Publisitas merupakan aspek dari hubungan masyarakat yang berhubungan erat dengan komunikasi pemasaran, melibatkan penyamapaian informasi positif mengenai sebuah perusahaan dan produk-produknya, dan memperbaiki publisitas negatif.  Cara perusahaan mengatasi publisitas negatif memiliki konsekuensi strategis dan etis yang penting. Masalah etis yang menjadi pertimbangan utama adalah apakah sebuah perusahaan mengakui kekurangan produknya dan memberitahukan duduk perkaranya, atau mencoba menutupi permasalahan.
      Contoh kasus kapsul Tylenol yang merenggut 7 orang di Chicago yang menelan kapsul yang tercemari Sianida pada tahun 1982. Ternyata permasalahan hanya terjadi di Chicago, namun etika dari situasi ini membutuhkan kehati-hatian untuk mencegah kemungkinan tersebarnya korban jiwa di seluruh negeri.
4.      Masalah Etika dalam Personal Selling dan Telemarketing
      Kemungkinan perilaku tidak etis lebih besar terjadi dalam personal selling, termasuk telemarketing, dibandingkan aspek lain dari komunikasi pemasaran. Hal ini disebabkan oleh banyaknya personal selling yang terjadi dalam basis one-on-one, cara yang lebih personal, di kantor pelanggan atau melalui telepon. Situasi ini lebih mudah dibandingkan dengan komunikasi massa, untuk membuat klaim-klaim yang tidak mempunyai dasar serta janji-janji yang tidak dapat dibuktikan. Artinya, seorang sales person berada dalam posisi di mana ia dapat berkata apa saja tanpa harus khawatir untuk mempertanggugjawabkan kepada publik. Contoh kasus: saran sales person penambahan cat pelindung dan anti karat pada pembelian mobil General Motor yang sebenarnya tidak perlu dan terlalu mahal.

5.      Masalah Etika dalam Kemasan
Terdapat empat aspek dalam pengemasan yang melibatkan masalah etis. Pertama, informasi label dalam kemasan yang dapat menyesatkan bagi konsumen dengan memberikan informasi yang berlebihan atau bahkan kurang. Kedua, grafik pengemasan dikategorikan sebagai tidak etis ketika gambar dalam kemasan tidak mempresentasikan isi produk yang sebenarnya. Kasus lain dari perilaku tidak etis adalah ketika toko tertentu diberi asesoris agar terlihat identik dengan toko lain yang sudah terkenal. Ketiga, masalah pengemasan yang tidak aman (unsafe packaging) umumnya berkenaan dengan produk berbahaya yang tidak aman bagi anak-anak dan kemasannya yang tidak mudah rusak.
Keempat, implikasi pengemasan terhadap lingkungan (isu lingkungan). Informasi pengemasan adalah menyesatkan dan tidak etis ketika menjanjikan manfaat bagi lingkungan yang tidak dapat dipenuhinya.
6.      Masalah Etika dalam Promosi Penjualan
Promosi penjualan yang berorientasi konsumen (termasuk praktik-praktik seperti pemberian kupon, penawaran bonus, pengembalian, undian berhadiah, dan kontes) dapat bersifat tidak etis  ketika promotor penjualan menawarkan sebuah penghargaan kepada konsumen tetapi tidak direalisasi. Contoh, tidak mengirimkan bonus yang dijanjikan atau tidak mengirimkan cek pootongan harga yang dijanjikan. Undian berhadiah dan kontes berpotensi menjadi tidak etis ketika konsumen berpikir bahwa kemungkinan kemenangan mereka lebih besar dari kenyataan yang ada.
Penting untuk diingat bahwa para pemasar bukan merupakan satu-satunya pihak yang patut disalahkan mengenai perilaku tidak etis dalam promosi penjualan. Konsumen juga terlibat dalam aktivitas ini, seperti pengembalian kupon untuk barang yang tidak pernah dibeli atau melakukan pengembalian atas alasan palsu.[1]
B.     Lingkungan  (Green Marketing)
      Survei menunjukkan banyak konsumen yang bersedia membayar lebih untuk produk yang tidak merusak lingkungan. Itulah sebabnya, banyak perusahaan yang menanggapi kepedulian terhadap lingkungan ini dengan memperkenalkan produk yang lebih berorientasi lingkungan, serta menjalankan program komunikasi pemasaran yang agresif untuk mempromosikan produk-produk tersebut. Hal itu dikenal dengan istilah Green Marketing.
      Telah banyak perusahaan yang menggunakan kata “green” dan mengeksploitir kepekaan konsumen, dengan menyatakan produk-produknya bisa didaur ulang (recyclable), dapat terurai (degradable), aman bagi lapisan ozon, dan sebagainya. Akan tetapi bagi konsumen yang tidak peduli dengan masalah teknis, kata degradable berarti bahwa kantong plastik ini akan terurai dengan cepat, segera setelah dikubur di dalam tanah.
      Walaupun kantong-kantong plastik dikatakan bersifat photogradable (hancur oleh matahari dan hujan dalam waktu yang lama), akan tetapi tidak biogradable. Artinya, kantong-kantong plastik tersebut tidak akan terurai ketika dibuang ke tempat pembuangan sampah. Kita harus sadar bahwa produk-produk yang diperkenalkan sebagai degradable, ternyata  tidak bersifat biogradable.
1.      Tanggapan terhadap Masalah Lingkungan`
      Telah banyak tanggapan yang diberikan perusahaan terhadap masalah lingkungan. Di antaranya dilakukan dengan membuat produk baru atau produk yang disesuaikan (new or revised product). Pada saat ini, banyak perusahaan bersedia bertanggungjawab untuk tidak merusak lingkungan, serta produk dan proses produksi pun menjadi lebih bersih. Kepedulian terhadap lingkungan menjadi semakin penting, sehingga perbaikan lingkungan mencerminkan peluang ekonomi dan kemampuan bersaing perusahaan.
      Sejalan dengan itu, dipaparkan usaha komunikasi pemasaran yang menyerukan tema kepekaan lingkungan. Selain mempromosikan produk-produk ramah lingkungan (green product), upaya komunikasi yang peduli lingkungan (green communication) yang utama juga melibatkan pengemasan, program tanda persetujuan (seal-of-approud), upaya komunikasi yang berorientasi pada sebab (caused-oriented), dan display di tempat pembelian.
a.       Periklanan yang Ramah Lingkungan
Analisis isi iklan di berbagai media massa maupun media elektronik yang mengangkat tema lingkungan menunjukkan bahwa, sebagian besar pengiklan yang ramah lingkungan (green advertisement) memperlihatkan dampak lingkungan yang dijanjikan oleh merek yang diiklankan yang dikemas dalam bentuk yang amat umum, tanpa secara spesifik mengidentifikasi manfaat lingkungan yang diberikan atau tindakan tertentu yang telah dilakukan perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut.
Ada tiga jenis periklanan yang ramah lingkungan (green advertising) yang bisa digunakan, yaitu iklan-iklan yang; 1) menunjukkan sebuah hubungan antara produk atau jasa dan lingkungan biofisik; 2) mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan tanpa menyoroti suatu produk atau jasa tertentu; 3) menampilkan citra perusahaan yang terkesan bertanggungjawab terhadap lingkungan.
b.      Tanggapan terhadap Kemasan
Kepedulian konsumen terhadap dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kemasan sebuah produk telah memunculkan tanggapan positif dari perusahaan sebagai berikut: 1) minuman soda dan produk lainnya yang dikemas dalam botol plastik yang dapat didaur ulang; 2) McDonald’s mengubah bungkus yang mengandung polystyrene dengan kemasan kertas untuk burger dan jenis sandwich lainnya; 3) Hones, produsen celana ketat (pantyhose) terkemuka dengan merek L’eggs, mengubah bungkus plastik berbentuk telur mereka yang terkenal dengan karton, sambil tetap mempertahankan siluet plastik berbentuk telur tersebut; 4) Semua produsen deterjen terkemuka memperkenalkan deterjen dengan konsentrasi tinggi sebagai cara untuk membuat kemasan yang lebih kecil sehingga akan lebih sedikit sampah yang harus dibuang ke dalam tempat penampungan sampah yang sudah penuh; 5) sebuah perusahaan dari Maine, The Goodkind Pen Company memproduksi dan memasarkan pena yang dibuat dari serpihan kayu pohon.
Di sisi negatif, terdapat bukti bahwa barang kemasan seringkali menjadi tidak efisien. Lebih dari 40 persen kemasan jus, karton susu, dan produk minuman lainya mengandung isi produk yang tidak sesuai dengan apa yang disebutkan dalam label kemasan.
c.       Program Tanda Persetujuan (Seal-of-Approval Program)
Sekitar 30 negara di dunia telah memiliki program yang dirancang untuk membantu konsumen dalam mengidentifikasi produk dan merek yang “ramah” lingkungan. Seperti di Jerman, label Blue Angel merepresentasikan sebuah janji kepada konsumen bahwa satu produk terdaftar untuk menyatakan dirinya sebagai ramah lingkungan. Sementara satu program eco-labelling yang terkenal di AS adalah Green Seal yang telah membentuk standard yang memberikan label kepada perusahaan-perusahaan yang telah memenuhi standar lingkungan, yang berhasil dipenuhi kurang dari 20 persen produk dalam kategori.
d.      Program Berorientasi Sebab (Cause-Oriented Programs)
Pemasaran yang cause-oriented dipraktikan ketika perusahaan mensponsori atau mendukung suatu alasan yang layak. Komunikator pemasarn mengasosiasikan perusahaan dan mereknya dengan suatu alasan yang layak akan menimbulkan kebaikan (goodwill). Atas dasar inilah perusahaan mensponsori berbagai kegiatan yang bertema lingkungan. Program-program yang berorientasi sebab dapat menjadi efektif jika tidak berlebihan (overused) dan jika para konsumen melihat keterlibatan perusahaan dalam usaha perbaikan lingkungan secara nyata dan tulus.
      Contoh, General Motor menanam satu pohon untuk setiap Chevrolet Geo yang berhasil dijual dan pemasar air minum mineral Evian menempatkan perwakilannya di kampus-kampus untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan dan merekrut anggota baru untuk Worl Wildlife Fund.
e.       Program di Tempat Pembelian
Display di dalam toko merupakan cara yang tepat untuk mengkomunikasikan perhatian suatu merek terhadap lingkungan. Selain menggunakan tempat pembelian (point off purchase) sebagai alat untuk mempromosikan kepedulian lingkungan suatu merek, perhatian juga dapat difokuskan kepada bagaimana mempertahankan konstruksi display tersebut. Miliar dolar diinvestasikan untuk plastik, kayu, metal, kertas, dan bahan-bahan lain yang digunakan untuk membangun display di tempat pembelian. Namun banyak dari display yang dikirimkan perusahaan kepada pengecer ternyata tidak digunakan sebagaimana mestinya dan seringkali dibuang di tempat sampah.
      Konsultasi dengan pihak pengecer tentang kebutuhan display di toko merupakan salah satu solusi untuk mencegah kejadian tersebut, dan akan meningkatkan penggunaan display yang permanen (yang dibangun paling tidak untuk jangka waktu enam bulan) yang secara substansial akan mengurangi jumlah display yang temporer dan cepat terbuang.
2.      Panduan untuk Green Marketing
      Signifikansi dari masalah lingkungan menuntut komunikator pemasaran melakukan apapun  untuk menjamin bahwa klaim “bersahabat dengan lingkungan” (green claim) dapat dipertanggungjawabkan. Untuk membantu perusahaan mengetahui klaim tentang lingkungan macam apa yang dapat dan tidak dapat dikomunikasikan di dalam iklan, The Federal Trade Commission (agen pemerintah Amerika yang bertanggung jawab membuat regulasi mengenai praktik bisnis yang deceptive dan unfair dan menyusun panduan untuk klaim-klaim pemasaran yang ramah lingkungan (environmental marketing).
      Panduan tersebut mengemukakan empat prinsip umum yang mendasari semua klaim pemasaran yang berhubungan dengan lingkungan:
a.       Kualifikasi dan pengungkapan yang diberikan harus cukup menjelaskan dan penting untuk mencegah terjadinya penipuan.
b.      Klaim harus dinyatakan dengan jelas apakah mereka berlaku untuk produknya, kemasannya, atau komponen dari masing-masing produk atau kemasan. Klaim tidak boleh berlebihan dalam menyataan sebuah atribut atau manfaat lingkungan, baik secara gamblang maupun secara tersirat.
c.       Klaim komparatif harus disajikan dengan dasar perbandingan yang jelas, untuk menghindari terjadinya penipuan bagi konsumen.[2]
      Selain panduan yang dikeluarkan oleh FTC, sekelompok penuntut umum yang mewakili 10 negara bagian mengembangkan suatu set rekomendasi bagi environmental marketers. Rekomendasi tersebut menyediakan panduan untuk pelabelan, pengemasan, dan pengiklanan produk-produk yang memiliki atribut lingkungan. Para komunikator pemasaran ditawarkan empat rekomendasi umum untuk menyusun klaim tentang lingkungan yang layak sebagai berikut:
1)      Membuat Klaim yang Spesifik
Panduan ini dibuat untuk mencegah komunikator pemasaran menggunakan klaim yang tidak memiliki arti. Penggunaan klaim spesifik ini memungkinkan konsumen memiliki informasi yang benar sebagai dasar membuat pilihan, memungkinkan terjadinya salah pengertian atas klaim, dan meminimalkan peluang bahwa konsumen akan mempunyai ekspektasi lebih terhadap klaim yang dibuat.
2)      Merefleksikan Current Disposal Options
Panduan ini diarahan untuk mencegah klaim yang secara teknis akurat, akan tetapi tidak realistis untuk diimplementasikan sehubungan dengan praktik pembuangan sampah di suatu daerah.
3)      Membuat Klaim yang Substantif
Panduan ini diarahan untuk mencegah klaim yang tidak penting dan tidak relevan untuk memberikan kesan bahwa merek yang dipromosikan adalah “ramah” lingkungan.
4)      Membuat Klaim yang Supportable
Panduan ini memiliki pengertian yang sangat jelas, bahwa klaim tentang lingkungan harus didukung dengan bukti ilmiah yang kompeten dan dapat dipercaya.[3]





C.    Peraturan
1.      Peraturan dalam komunikasi pemasaran sangat diperlukan guna melindungi konsumen dan kompetitor dari praktek bisnis yang curang (fraudulent), menipu (deceptive), dan tidak jujur (unfair) yang dilakukan oleh beberapa perusahaan.
2.      Peraturan dalam komunikasi pemasaran dibutuhkan ketika keputusan konsumen didasarkan atas informasi yang terbatas atau salah. Sehingga menyebabkan kerugian ekonomi, fisik, dan psikologi.
3.      Manfaat dari adanya peraturan dalam komunikasi pemasaran, meliputi :
a.       Konsumen mempunyai alternative pilihan karena mendapatkan informasi yang lebih banyak dari pasar.
b.      Konsumen dapat memperoleh kualitas produk yang lebih baik, karena produsen cenderung meningkatkan kualitas produk sesuai dengan kebutuhan konsumen.
c.       Adanya perubahan harga akibat beredarnya informasi yang kurang menguntungkan.
4.      Bentuk peraturan yang mempengaruhi aspek-aspek dari komunikasi pemasaran yaitu :
a.       Peraturan pemerintah.
b.      Peraturan dalam industri itu sendiri (industry self regulation).[4]











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Persoalan Etis
a.       Etika dalan Targeting
Targeting adalah usaha memasarkan produk khusus dan melakukan komunikasi pemasaran yang diarahkan pada segmen tertentu. Dalam targeting terkadang sering muncul dilema etika dalam usaha untuk mengkomunikasikan produk kepada segmen. Misalnya pada anak-anak dan kaum minoritas.
b.      Masalah Etika dalam Periklanan
Iklan dianggap para praktisi amat bertanggung jawab terhadap segala kejadian baik di dalam hidup dan dikritik oleh lawan mereka sebagai penyebab sebagian besar hal yang buruk. Sebagai suara teknologi, periklanan diasosiasikan dengan berbagai ketidakpuasan di tingkat industri. Sebagai suara dari kebudayaan massal, iklan mengandung kritikan para intelektual. Dan sebagai penjelmaan yang paling terlihat dari kapitalisme, ia telah mnyediakan tidak kurang dari sebuah kekuatan bagi kritik sosial.
c.       Masalah Etika dalam Hubungan Masyarakat
Publisitas merupakan aspek dari hubungan masyarakat yang berhubungan erat dengan komunikasi pemasaran, melibatkan penyamapaian informasi positif mengenai sebuah perusahaan dan produk-produknya, dan memperbaiki publisitas negatif.
d.      Masalah Etika dalam Personal Selling dan Telemarketing
Kemungkinan perilaku tidak etis lebih besar terjadi dalam personal selling, termasuk telemarketing, dibandingkan aspek lain dari komunikasi pemasaran.
e.       Masalah Etika dalam Kemasan
Terdapat empat aspek dalam pengemasan yang melibatkan masalah etis. Pertama, informasi label dalam kemasan yang dapat menyesatkan bagi konsumen dengan memberikan informasi yang berlebihan atau bahkan kurang.
f.       Masalah Etika dalam Promosi Penjualan
Promosi penjualan yang berorientasi konsumen (termasuk praktik-praktik seperti pemberian kupon, penawaran bonus, pengembalian, undian berhadiah, dan kontes) dapat bersifat tidak etis  ketika promotor penjualan menawarkan sebuah penghargaan kepada konsumen tetapi tidak direalisasi.


2.      Lingkungan  (Green Marketing)
      Survei menunjukkan banyak konsumen yang bersedia membayar lebih untuk produk yang tidak merusak lingkungan. Itulah sebabnya, banyak perusahaan yang menanggapi kepedulian terhadap lingkungan ini dengan memperkenalkan produk yang lebih berorientasi lingkungan, serta menjalankan program komunikasi pemasaran yang agresif untuk mempromosikan produk-produk tersebut. Hal itu dikenal dengan istilah Green Marketing.
3.      Peraturan
a.       Peraturan dalam komunikasi pemasaran sangat diperlukan guna melindungi konsumen dan kompetitor dari praktek bisnis yang curang (fraudulent), menipu (deceptive), dan tidak jujur (unfair) yang dilakukan oleh beberapa perusahaan.
b.      Peraturan dalam komunikasi pemasaran dibutuhkan ketika keputusan konsumen didasarkan atas informasi yang terbatas atau salah. Sehingga menyebabkan kerugian ekonomi, fisik, dan psikologi.
B.     Saran
      Cukup sekian apa yang dapat saya sajikan, saya menyadari banyak kekurangan dalam isi penulisan makalah ini, mohon saran dan kritiknya kepada teman-teman mahasiswa agar saya dapat memperbaikinya lagi. Khususnya dari Ibu dosen kritik dan saran sangat saya harapkan untuk perbaikan makalah ini.









DAFTAR PUSTAKA
      Dedy Sumardy, Tantangan Marketing Comunication, (Online), http://careernews.id/jobs/view/1964-Menjadi-Marketing-Communication-and-Promotion-Staff.
Komunikasi Pemasaran terpadu, Edisi 9
      Etika dalam Komunikasi  Pemasaran, (Online), https://communicationista.wordpress.com/2009/06/04/etika-dalam-komunikasi-pemasaran/.


      [1] Dedy Sumardy, Tantangan Marketing Comunication, (Online), http://careernews.id/jobs/view/1964-Menjadi-Marketing-Communication-and-Promotion-Staff, diakses pada tanggal 09 April 2017.
    [2] Komunikasi Pemasaran terpadu, Edisi 9
     [3] Etika dalam Komunikasi  Pemasaran, (Online), https://communicationista.wordpress.com/2009/06/04/etika-dalam-komunikasi-pemasaran/, diakses  pada tanggal  09 April 2017.
     [4] Ibid, Etka dalam Komunikasi Pemasaran.

0 komentar:

Posting Komentar